#Persoalan Pendidikan Nasional Hari ini#
Banyak dari kita yang bertanya, mengapa kurikulum pendidikan di Indonesia sering berganti-ganti, juga kebijakan pendidikan yang sering berubah-ubah. Kurikulum 2013 misalnya belum diterapkan secara sempurna tapi sudah dievaluasi.
Lalu mengenai kesesuaian minat dengan jenjang karir, hasil penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2017 menunjukkan, sebanyak 87 persen mahasiswa Indonesia mengakui jurusan yang diambil tidak sesuai dengan minatnya. Dan, 71,7 persen pekerja, memiliki profesi yang tidak sesuai dengan pendidikannya.
Selain itu OECD (Organization for Economic Co-operation dan Development) dalam kegiatan PISA (Programme for International Student Assesment) mengatakan anak-anak Indonesia menempati rangking 144 dari 145 negara (Kompas, 23 Desember 2013).
Lain daripada itu, kebijakan pendidikan kita yang dinilai tidak tepat sasaran alias jauh tujuan dengan hasil yang di dapatkan, kebanyakan kebijakan pendidikan kita terasa tidak ber-orientasi pada kebutuhan riil masyarakat dan kurang ber-korelasi dengan kesejahteraan yang diharapkan.
Melihat sedikit dari uraian masalah diatas kita menjadi berfikir, ternyata masih banyak PR dalam bidang pendidikan yang belum terselesaikan. Lalu pertanyaannya Mengapa masalah-masalah diatas bisa terjadi? Salah satu penyebabnya tentu karena setiap peserta didik, sekolah dan daerah berbeda-beda kebutuhan, kultur, budaya, kondisi sosial juga kebiasaannya. Maka Agak sedikit memaksa memang jika pada akhirnya kebijakan atau metode pembelajaran yang diterapkan digeneralisir untuk semua pihak.
Usaha menyamakan perlakuan pada proses pendidikan ini tentu saja dialasankan pada kurikulum, sedangkan kurikulum kita terus berubah mengikuti pola perkembangan dunia dan kebutuhan siswa, belum lagi kemampuan pendidik dan perumus kurikulum dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa yang terbatas.
Padahal sangat mungkin bila setiap siswa diberikan peran dan perlakuan yang khusus dalam proses pembelajarannya. Kasus iklan yang tepat sasaran bisa dijadikan contoh bagaimana seharusnya metode pembelajaran bisa dengan tepat menyasar peserta didik sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya masing-masing.
#Big Data Dalam Dunia Pendidikan#
Teknologi Informasi itu diciptakan tak hanya untuk mengubah kertas menjadi berkas digital. Salah satunya adalah Teknologi Big data yang secara khusus mampu memberikan analisis dan insight dari data-data yang pada akhirnya digunakan untuk menunjang perumusan suatu kebijakan atau solusi.
Apa itu Big Data? Sejauh ini belum ada definisi pasti tentang apa itu big data, akan tetapi banyak para ahli yang mencoba memberikan definisi terhadap big data. Salah seorang diantaranya adalah Edd Dumbill, menurutnya “Big data is data that exceeds the processing capacity of conventional database systems. The data is too big, moves too fast, or doesn’t fit the strictures of your database architectures. To gain value from this data, you must choose an alternative way to process it”.
Dari definisi diatas mungkin bisa kita simpulkan bahwa Big Data adalah data yang memiliki volume besar sehingga tidak dapat diproses menggunakan alat tradisional biasa dan harus menggunakan cara dan alat baru untuk mendapatkan nilai dari data ini.
Coba kita fikirkan, setiap hari kita menciptakan banyak data, data ini bisa berasal dari mana saja; posting ke situs media sosial, gambar digital dan video, catatan transaksi pembelian dan lain-lain. Nah…kumpulan data yang terstruktur atau tidak dalam jumlah besar inilah Big data.
Big data ini dijalankan pada sebuah platform digital berupa software yang ber-operasi di aplikasi berbasis web atau OS android. Software Big data analisis bekerja dengan menggunakan metode mengurai dan memberi dukungan keputusan atas kumpulan data yg didapatkan. Software yang menjalankan Big data analisis ini nantinya akan merekam semua aktivitas dan kejadian selama proses Pembelajaran yang dialami siswa.
#Menjalankan Software Big Data dan Pemanfaatannya#
Software big data ini dijalankan pada sebuah perangkat digital, misalnya tablet. Setiap siswa harus memiliki tablet agar dapat menjalankan software Big Data Analisis. Apakah ini akan menambah biaya pendidikan? Ini cuma hitung-hitungan sederhana saya saja, coba kita perkirakan berapa biaya buku seorang peserta didik, misalnya setiap buku mata pelajaran (mapel) itu rata-rata harganya Rp.80ribu dan buku catatan Rp. 10ribu, maka seorang siswa minimal akan menghabiskan (Rp. 80ribu+10ribu) x 10 Mapel = Rp. 900ribu dan dikalikan 3 tahun, maka rata-rata seorang siswa menghabiskan Rp. 2,7 juta di jenjang SMP/SMA hanya untuk buku. Andai saja buku-buku itu diganti dengan Tablet, bayangkan penghematan yang kita dapatkan. Selain berfungsi sebagai buku, tablet tersebut juga bisa menjadi media untuk mengerjakan tugas atau soal-soal ujian. Di sinilah nantinya big data mengambil peran. Tablet tadi akan dijadikan perangkat untuk menjalankan software Big Data Analisis. Dengan asumsi setiap siswa akan menggunakan satu tablet dan satu software Big Data, kita akan mengumpulkan setiap kejadian selama proses pembelajaran secara lebih rinci dan personal. Dengan data tersebut selain hasil atau nilai akhir, pendidik juga orang tua bisa mengetahui apa saja yang telah dipelajari serta kendala-kendala dalam proses belajar siswa secara lebih mendetail.
Dengan data yang dikumpulkan ini juga Software Big Data ini dapat menawarkan solusi atas persoalan yang dialami peserta didik, soal yang tidak dikuasai, minat dan bakat yang perlu dikembangkan bahkan jenjang karir dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Software Big data ini juga akan memetakan kebijakan yang tepat dalam bidang pendidikan. Sehingga kurikulum kita bisa tepat sasaran dan tidak berubah-ubah terus.
Di beberapa kota besar di negara maju seperti New York dan Washington, inisiatif seperti ini sudah diberitakan sejak bertahun-tahun lalu, meski banyak menuai pro dan kontra tentang adanya isu pelanggaran privasi.
Memang penerapan tidak akan semudah wacana ini. Tapi tidak ada salahnya kita mencoba menerapkan Teknologi untuk masa depan pendidikan kita. Teknologi juga diciptakan untuk memudahkan kita bukan untuk memperbudak kita. Harapan besar akan integrasi dan sinkronisasi Teknologi dengan multi disiplin ilmu kita tentu berkorelasi dengan keingininan kita agar suatu saat Pendidikan Indonesia setara bahkan berada di atas pendidikan dunia, tentunya dengan tetap menggunakan sebesar-besarnya sumber daya bangsa kita sendiri.
Referensi :
1. Moch. Ari Nashuddin (Tulisan di laman http://medium.com
2. Jurnal Ilmiah “Deskripsi Analisis Kebutuhan, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Animated Demonstration, Muttaqin Kholis Ali,2019)
3. Harian Kompas 2013
Penulis : Muttaqin Kholis Ali, Guru Komputer SMA N 1 Tambangan
Photo. : Koleksi Pribadi + Net Editing/ mp