Madinapos.com – Panyabungan.
Perbincangan terkait insident munculnya gas beracun ditengarai H2S dari Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) PT. Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) Selasa (27/9) lalu masih menjadi misteri. Perusahan sebut operasional sesuai SOP, namun faktanya puluhan warga dilarikan ke rumah sakit dengan gejala sesak nafas, muntah dan pusing.
Media ini secara kebetulan berkumpul dengan beberapa tokoh masyarakat Mandailing Natal di sebuah Kaffe di Panyabungan, Kamis (29/9) sore. Pada dasarnya mereka prihatin dan meminta ini tidak terulang kembali, saran mereka dirangkum media ini dalam tulisan berita.
Kepala Desa Pastap Julu Ali Musa Mantho Lubis (kaos putih) menyampaikan kejadian ini telah berulang kali, namun hingga saat ini tidak satupun pihak terkait mengungkapkan secara jelas apa sesungguhnya yang terjadi,” yang kita dengar hanya saling bantah, lalu warga yang menjadi korban itu urusannya bagaimana”, ungkapnya bertanya.
“Jangan relokasi lah solusinya, saya minta kalau perlu semua warga sekitar perusahaan diansuransikan saja, siapkan sebuah rumah sakit yang memadai dekat lokasi, ganti management perusahaan dan bentuk tim mitigasi resiko”, paparnya dalam diskusi tersebut.
Beda dengan Mantho, Tokoh Masyarakat lainnya Latif Lubis (paling kiri) justru minta ilmuan independen diundang untuk mengetahui kondisi ini,” ilmu harus dilaga dengan ilmu, maka kita mendesak ilmuan asal Mandailing Natal turun tangan memberi bantuan kepada pemerintah daerah dan sosialisasikan kepada masyarakat”, ungkapnya.
“Situasi ini jangan disembunyikan, saya minta peran aktif semua pihak bahkan ilmuan kita untuk mengkajinya, jangan sebelah pihak saja agar insident ini terang benderang dan solusinya tercapai”, ungkapnya.
Sementara itu Onggara Lubis (kaos hijau) salah seorang aktivis sosial justru mengkaitkan persoalan ini dengan sesuatu hal berbau mistis. Ia mengatakan jangan sebarangan berbuat di wilayah pegunungan Sorik Marapi,” saya tidak ingin berbicara tahyul, tapi itu tanah beradat, lokasi yang memiliki banyak cerita kearifan lokal”, paparnya.
“Kajilah dengan mempertimbangkan kultur sosial, budaya serta kearifan lokal masyarakat setempat, jangan sembarangan jika tidak saya khawatir ini akan terus terjadi”, tutupnya.
Sementara Ali Mutiara Rangkuti (paling kanan) meminta semua pihak yang sedang menangani insiden ini membuka ruang agar masyarakat dapat mengetahuinya secara terbuka, jelas dan tidak ada yang ditutupi.
” Masyarakat ingin mengetahui secara jelas sesungguhnya apa yang sedang terjadi, apakah kelalaian, atau ada retakan tanah yang memunculkan gas, atau ada kerusakan pipa dan sebagainya, ini semua harus jelas agar tidak ada isu busuk yang justru memperkeruh suasana”, sebutnya.
Keempat tokoh yang jadi narasumber media ini mengharapkan ada kajian dari tim yang netral dengan melibatkankan semua pihak agar kejadian ini tidak berulang dan solusinya tidak merugikan masyarakat setempat. (am)