Memasuki Kota Panyabungan dari arah Selatan, sanak saudara dari Ulupungkut yang berencana bersilaturrahmi ke rumah, sempat gerah melihat kemacetan tepat di Perempatan Titi Kuning, Dalan Lidang, Panyabungan. Sangkin kesalnya mereka bercerita dengan sedikit rada hangat.
Suasana ini memicu ‘naluri pamong’ bergegas menghidupkan motor trail menuju lokasi usai bersilaturrahmi. Instingku menggunakan motor benar. Kondisi jalan benar-benar macet, hingga harus melalui beberapa jalan alternatif sampai di lokasi.
Beda dengan saudaraku yang datang dari kampung yang gerah dengan kondisi ini, saya malah tersenyum bahagia. Hatiku berujar ‘alhamdulilah’ sebagai tanda syukur atas ilmu yang ditularkan Prof. Helmi saat Smester II pada Program Magister Perencanaan Wilayah dan Pedesaan di Universitas Andalas Padang.
Ooooo… ini dia yang dalam ilmu ekonomi dikenal dengan istilah multiplier effect (dampak berganda). Ini peluang ekonomi rakyat kecil, namun mungkin sedikit mengganggu kenyamanan bagi mereka yang duduk di atas sadel mobil. Tapi biarlah apa kata yang lain, setidak rakyat kecil sedikit bahagia dengan kegembiraan mereka di hari kemenangan ini.
Multiplier effect adalah sebuah kegiatan ekonomi yang menggerakkan kegiatan ekonomi lain. Dalam konsep religi, multiplier effect ini, mungkin dapat disepadankan sebagai mendapat berkah.
Analisaku mulai jalan dan sangat jelas Pasar Malam di lokasi tersebut menimbulkan kegiatan di sektor ekonomi lain bagi masyarakat sekitar Perempatan Titi Kuning, bahkan setelah saya telusuri lebih dalam, ternyata masyarakat sekitar Panyabungan yang mampu memanfaatkan situasi ini juga mendapat berkahnya.
Banyak pula yang siang hari berada di lokasi lain dan sore mencari tempat di lokasi ini hingga larut malam. Tentu yang paling terimbas secara ekonomi adalah orang-orang kecil, terutama dimasa-masa sulit seperti ini.
Beberapa berkah dari multiplier effect yang sempat tercerna:
Tumbuhanya penjualan panganan; akibat ramainya pengunjung yang berkebutuhan dengan berbagai macam jenis kuliner dan makanan ringan serta minuman yang dapat dijual masyarakat kepada pengunjung, membawa berkah ekonomi bagi masyarakat terutama masyarakat sekelilingnya. Selain penjual/pemilik usaha, akan ada pula tenaga kerja yang membantu dalam kegiatan tersebut.
Tumbuhnya produk panganan lokal; dimana panganan tersebut dibuat di rumah tangga yang membutuhkan beberapa orang sebagai pekerja baru dalam membuat produk tersebut di rumah, yang berkontribusi terhadap pendapat masyarakat.
Tumbuhnya penjual mainan produk lokal: yang datang menggantung harap pada keramaian pasar malam, ikut juga berkontribusi menggerakkan ekonomi masyarakat dari berbagai penjuru Madina dan juga perbaikan pendapatan sendiri.
Sewa lahan sekitar pekarangan rumah: meski sedikit namun telah menambah pendapatan secara mendadak pada pemilik lahan di sekitar lokasi. Sewa parkir bagi pemilik pekarangan: merupakan rejeki yang bernilai bukan sedikit sebagai perolehan parkir pekarangan disekitar radius 100 meter dari lokasi.
Jasa parkir bagi pemuda setempat; selaian melatih bertanggungjawab serta melatih pemanfaatan peluang bagi generasi, sangat jelas bahwa jasa parkir yang mereka peroleh bukan bernilai yang sedikit.
Hidupnya tranportasi lokal; yang sangat memberi efek bagi ratusan abang-abang tukang beca memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara spontan. Waktu dan peluang kerja yang bertambah ini tentu akan berefek pada pendapatan mereka sampai malam hari.
Tumbuhnya sikap entrepreneur remaja; sebagai pebisnis kecil yang menjajakan makan, minimuan dan rokok sekitar lokasi. Selain membangun jiwa entrepreneur, mereka juga membawa berkah kocek pula ketika pulang ke rumah.
Mungkin masih banyak hal multiplier effect yang belum terlihat, namun yang sudah telihat saja telah membantu ratusan orang, yang secara ekonomi tentu di dalam rumahtangganya ada pula dua, tiga atau empat jiwa yang bergantung pada mereka yang mendapat berkah tersebut.
Pergerekan ekonomi sebagai dampak positif multiplier effect Pasar Malam ini, akan memicu semangat masyarakat untuk berjuang hidup, gairah ini lebih lanjut akan meningkatkan pendapatan, pendapatan akan meningkatkan daya beli, daya beli yang baik akan menggerakkan kembali ekonomi lebih normal.
Tentu hal ini yang menjadi harapan bersama di Madina pasca jepitan ekonami masa Covid 19 yang lilitannya baru lepas. Oleh karena itu, Pasar Malam ini merupakan bukti nyata terjadinya satu proses multiplier effect. Hal seperti ini harus menjadi konsep dalam membangun satu daerah.
Artinya perangsangan kegiatan multiplier effect di daerah harus selalu dimunculkan dan difasilitasi untuk dapat memicu gairah ekonomi dalam upaya memacu gerak pertumbuhan ekonomi daerah. Bila dilakukan dalam konteks yang lebih luas maka semua kalangan akan menerima “tetesan rezeki” yang dibawa pengunjung.
Dalan kajian perpindahan/pergeseran uang antar daerah, yang sangat merugikan daerah, Pasar Malam ini meski diakui, ada menyedot uang dari pengelolanya yang akan di bawa keluar, namun telah menahan sekian banyak dana tetap berputar di daerah ini. Dapat dianalisa besaran dana hiburan dan liburan yang digunakan masyarakat ini pada Pasar Malam, seandainya bergeser ke Aek Sijorni (Tapsel) atau berbagai lokasi di Bukit Tinggi (Sumbar) atau tempat lainnya. Sisi kurang baiknya suatu kegiatan tentu pasti ada, dan itu pulalah kedepan hal-hal yang harus diminimalisir.
Inilah hal yang membuat kegembiraan melihat suasana multiplier effect yang dimunculkan Pasar Malam di Panyabungan. Kita harus menciptakan lokasi dan kegiatan yang meiliki nilai multiplier effect yang lebih banyak lagi di Madina, agar dapat merasakan bagaimana makmurnya satu daerah. Sebut saja tempat wisata khas Islami seperti pesantren kita yang sangat besar dan terkenal itu, bila didesain dengan baik sebagai lokasi Wisata Religius, hampir dapat dipastikan akan memiliki multiplier effect bagi daerah ini. Demikianpula berbagai potensi yang harus segera dikaji dengan matang untuk perencanaan yang benar-benar pro-rakyat terutama sikap pro-poor.
Bila pemerintah memfasilitasi kemudahan bagi pengusaha di Madina dalam penguatan kegiatan yang bersifat multiplier effect, maka lini dibawahnya akan mendapat rembesan keuntungan. Dalam skala kecil sama dengan proses Pasar Malam ini, sayangnya pemodalnya dari luar dan tidak menetap. Hal ini sering disebut dengan trickle down effect (efek menetes ke bawah) yakni kebijakan ekonomi yang berfokus pada pemilik modal, lalu dengan sendirinya menetes ke bawah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata.
Dengan konsep ini, diharapkan pada akhirnya akan merembes ke seluruh lapisan masyarakat termiskin sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi secara nyata. Artinya, saat adanya keuntungan ekonomi yang diraih oleh masyarakat golongan atas, maka juga harus dapat memberikan dampak positif pada masyarakat pada lapisan bawah. Konsep ini mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin yang akan terjadi dengan sendirinya. Jadi, manfaat pertumbuhan ekonomi ini akan dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap selanjutnya penduduk miskin mulai memperoleh manfaat ketika penduduk kaya mulai membelanjakan hasil dari pertumbuhan ekonomi yang telah diterimanya.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan angka kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin. Namun, secara perlahan, kemiskinan akan berkurang dalam skala yang sangat kecil jika penduduk miskin hanya menerima sedikit manfaat dari total manfaat yang ditimbulkan dari adanya pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya.
Penulis :. Dr. M. Daud Batubara, MSi