Madinapos.com – Tambangan.
Pagi itu, Minggu (27/6/2021) saya dikejutkan telepon dari Kepala Desa Pastap Julu Kecamatan Tambangan yang sehari – hari saya panggil dengan nama bang Manto. Sosok pria energik yang sangat suka ngobrol dan tertawa ini menanyakan apakah jadi hari ini datang ke desanya. Tentu saja saya jawab jadi, saya sendiri sudah lama berkeinginan berkunjung ke desa tersebut, sebuah desa wisata di kaki Taman Nasional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Prov. Sumatera Utara.
Perjalanan dari Kota Panyabungan menggunakan kenderaan pribadi sekitar 1 jam 30 menit melintasi Jalan Lintas Sumatera Kecamatan Kotanopan, dan terus setibanya disimpang Muaramais kenderaan pribadi kami membelok kearah kanan dan mulailah menelusuri jalan aspal berukuran 4 meter kurang lebih 30 menit, ujung jalan inilah Desa Pastap Julu. Topograpi desa perbukitan nan sejuk, aliran sungai jernih dan sambutan warga yang hanya 130 Kepala Keluarga nan sangat ramah, suasana yang sangat baik untuk rehat sebentar dari rutinitas kesibukan diperkotaan.
Setibanya dirumah sang Kepala Desa yang terbuat dari papan, kami langsung diajak makan bersama dengan lauknya asam pedas ikan incor atau sejenis ikan kecil yang yang banyak disepanjang sungai Aek Mais, yang merupakan sungai jernih yang membelah desa tersebut ” ayolah …! kita makan dulu, lauknya asam pedas incor yang tadi saya minta tolong carikan kepada warga disini, setelah itu nanti kita baru minum kopi Mandailing Arabika yang juga berasal dari perkebunan warga di Desa Pastab Julu ini”, ungkapnya sambil menunjukkan hidangan lauk yang memang sangat menggoda selera.
Usai bersantap dan menyeduhkan segelas kopi, bang Manto banyak bercerita tentang desa ini dan impiannya kedepan untuk mengangkat perekonomian warga selain pertanian juga melalui agrowisata,” disini kami dahulunya hanya mengharapkan dari pertanian dan perladangan kebun coklat, ada juga warga pengambil air nira dan pembuat gula aren, karena lahan kita termasuk sempit akibat berbatasan langsung dengan Taman Nasional Batang Gadis”, paparnya.
“Namun, kami disini sangat membuka diri untuk menerima kunjungan wisatawan, untuk itu Pemerintahan Desa telah membuat program pelatihan pemandu wisata kepada beberapa warga setempat, alhamdulillah cukup bermanfaat sehingga Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara sudah berkunjung dan juga melaksanakan pelatihan sadar wisata kepada masyarakat di desa ini”, paparnya .
Sang Kades juga menceritakan bagi wisatawan yang selama ini berkunjung dan bermalam tetap disediakan penginapan,” kalau hotel memang belum ada, namun kami sudah mempersiapkan guest house beberapa rumah warga disini, cukup murah dan layak dan bahkan rumah saya sendiri juga biasa disewakan kepada wisatawan, kalau soal harga bisa negolah”, ucapnya sambil tertawa.
“Beberapa wisatawan yang datang ke desa ini biasanya ada yang sekedar mandi disungai, jalan – jalan hingga pinggiran hutan dan ingin melihat berbagai tanaman hutan seperti pohon kemenyan, rotan, bunga liar di Taman Nasional yang masih asri, jadi kita pandu apa yang mereka inginkan”, paparnya.
Kades Pastap Julu juga menceritakan sejak adanya Dana Desa disalurkan pemerintah pusat, program pembangunan desa itu dapat diwujudkan,” desa ini kan paling ujung dan penyanggah Taman Nasional Batang Gadis, sejak adanya dana desa maka kami pergunakan untuk membangun berbagai infrastruktur desa terutama jalan lingkungan agar tidak lagi becek dan licin”, ungkapnya.
“Kemudian, untuk menjaga kelestarian alam dan sungai serta habitat ikan jurung, kami juga akan menetapkan sepanjang sungai Aek Mais lebih kurang 6 Km dan berbatasan dengan desa tetangga sebagai Lubuk Larangan, disamping untuk mendukung wisata arung jeram, kami juga selalu melarang penebangan hutan atau merusak lingkungan hidup sehingga kelak tetap terjaga hingga keanak cucu kita”, tambah pria berkumis dengan kulit sawo matang ini.
Kades juga menceritakan harapannya agar pemerintah daerah dapat membantu mereka mempercepat perbaikan infrastruktur jalan menuju desa mereka, fasilitas jaringan telephone seluler,” kami tentunya sangat mengharapkan dukungan pemerintah daerah agar pembangunan di desa kami berjalan dengan baik menuju desa yang mandiri dan sejahtera”, tutupnya.
Hari ini saya dan rombongan cukup puas, disajikan makanan khas asam padeh incor, jalan – jalan berkeliling desa yang sejuk, meniti rambin, menaiki tangga batu dan kembali kerumah sang Kades dan kembali disuguhkan segelas kopi panas. terimakasih atas sambutannya Pak Kades Ali Musa Manto Lubis dan keluarga. (AM)