Moderasi Beragama muncul karena banyaknya pertikaian yang terjadi antara ummat beragama dan banyaknya kelompok-kelompok yang berlaku ekstrim yang mengatasnamakan agama. Sejak tiga tahun yang lalu, kementrian agama gencar menyuarakan moderasi beragama. Target utama Moderasi Beragama ini yakni seluruh ummat beragama di Indonesia.
Kementrian Agama (Kemenag) sampai menyusun “Buku Putih” Moderasi Bergama untuk pegangan ummat beragama di Indonesia. Dalam Rakernas pada Januari 2019 lalu, Mentri Agama telah merencanakan tahun 2019 adalah tahun Moderasi Beragama. Peluncuran Buku Putih Moderasi Beragama ini seiring dengan gagasan PBB bahwa tahun 2019 sebagai tahun Moderasi Beragama.
Berbicara tentang Moderasi Beragama mungkin tidak asing lagi ditelinga kita banyaknya berita di media televisi dan media online tentang kelompok-kelompok garis keras yang mengatas namakan agama dan pertikaian di masyarakat, bedanya pendapat tentang memahami agama tidak sedikit tokoh-tokoh agama yang berperan aktif untuk problem ini.
Beberapa pendapat tokoh tentang Moderasi Beragama, antara lain :
1. Imam Besar Al-Azhar, mengatakan bahwa Ummat Islam harus bersaudara, apapun mazhab yang dianutnya, menjadi Suni atau Syiah bukan sebuah kekeliruan, keduanya harus saling bersaudara, saling menguatkan, dan mewujudkan persaudaraan, sebut beliau saat diwawancarai Zuhairi Misrawi mahasiswa lulusan Al-Azhar.
Menurut Imam Besar Al-azhar Moderasi pada hakikatnya jalan.
2. Menurut Hamid, dalam Webinar Nasional Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Sulawesi Tenggara bahwa memahami Islam secara moderat menjadi sangat penting karena sikap keberagaman akan menjadikan seseorang berkepribadian paripurna.
3. Prof .M. Quraish Shihab (Guru Besar Bidang Tafsir Al-qur’an)
Moderasi Beragama yang paling mendekati dalam istilah Al-Qur’an yakni “washatiyah”.Wasath berarti pertengahan dari segala sesuatu. Kata ini juga berarti adil, baik, terbaik, paling utama. Hal ini diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 14 yang dijadikan sebagai titik tolak moderasi beragama.
Sangat jelas referensi yang disampaikan tokoh-tokoh agama kita bahwa pentingnya moderasi beragama ini diterapkan dalam berbangsa dan bernegara agar tidak terjadinya faham-faham yang berakibatkan pertikaian didalam masyarakat. Moderasi Beragama ini perlu juga disampaikan kepada kaum-kaum muda kita biar terciptanya pemuda-pemuda berintelektual tinggi yang akan menjadi agen of cange, sosial of control untuk masa depan negara ini.
Memahami Moderasi Beragama ini sangat diperlukan mengingat banyaknya problem yang terjadi ditengah-tengah kita, terlebih kita yang berada di Indonesia yang memilik beragam suku, budaya, dan Agama. Jangan mudah terprovokasi dengan apapun ingat dulu para Imam-imam besar kita pun seperti Imam Maliki dan murid nya Imam Syafi’i berbeda pendapat mengenai rezeki dan tidak membuat orang itu renggang melainkan tetap menjaga hubungan dengan baik.
Saya sangat yakin jika kita bersama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan yang dicantumkan didalam Idiologi kita Pancasila dan saling menghargai pendapat masing-masing yang mana telah diajarkan oleh Pemerintah dan ulama-ulama kita demi terciptanya sistem yang berkeadilan, maka kelompok-kelompok garis keras ini akan hancur dengan sendirinya dan kehangatan dalam bernegara ini akan tercipta.
Menjadi tugas kita bersama untuk menjaga kerukunan dan kehangatan dalam masyarakat jangan menjadi provokator untuk masalah yang tidak jelas, karena itu akan menimbulkan masalah baru, alangkah baiknya kita dan pemerintah bekerja sama dalam program ini demi terciptanya kedamaian dan persatuan yang mana telah tercantum didalam Idiologi kita Pancasila. Mari kita bersama-sama mengedepankan persatuan dan kesatuan sehingga perbedaan pun tidak menjadi perselisihan.
Author : Wahid Alkindi (Mahasiswa Universitas Islam Negeri, Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbandingan Mazhab)
Fhoto : Koleksi Pribadi