Madinapos. com – Panyabungan.
Tradisi memindahkan rumah panggung dengan cara dipikul bersama ternyata juga merupakan tradisi gotong royong masyarakat Mandailing yang diturunkan sejak dulu. Namanya Mamiang Bagas sebuah tradisi mangangkat bagas atau memindahkan rumah panggung yang dilakukan secara bersama-sama dan gotong royong dengan batang bambu dan setelah sampai diakhiri dengan acara makan bersama sebagai ucapan terimakasih dari pemilik rumah.
Pagi itu Jum’at (7/9/2018) Jurnalis Madina Pos berkesempatan menghadiri acara Mamiang Bagas atau Mangangkat Bagas atau disebut memindahkan rumah. Ternyata itu adalah sebuah tradisi unik masyarakat dari Desa Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara untuk memindahkan sebuah rumah panggung atau rumah yang terbuat dari papan.
Awalnya setelah melalui sebuah undangan musyawarah dari pemilik rumah maka ditentukanlah hari Jum’at ini dimana pemuda desa berkumpul bersama. Batang bambu yang telah dipersiapkan mulai diikat di setiap tiang penyanggah rumah dan rute yang akan dilalui sejauh 400 meter juga di bersihkan dan diamankan sehingga dapat dilalui. Melalui satu teriakan komando, rumah panggung itupun mulai terangkat dari permukaan tanah dan bergerak.
Terlihat berkali-kali harus menurunkan beban dan orangnya terus berganti ganti, maklum saja beban yang diangkat kali ini juga berat dan jalan yang dilalui juga sedikit jauh dan harus melewati jalur sempit sehingga atap rumah terkadang bersenggolan dan setelah sampai ditujuan rumah diturunkan semua berteriak gembira.
Torkis Lubis, Tokoh Masyarakat Desa Aek Banir mengatakan bahwa tradisi Mamiang Bagas ini sudah dilakukan oleh masyarakat Mandailing secara turun-temurun. Warga yang hendak memindahkan rumahnya akan dibantu oleh warga sekitar dengan sukarela,“kita bisa lihat, secara spontan semua masyarakat akan datang beramai-ramai disaat mendapat khabar bahwa ada yang hendak pindahkan rumah”, ungkapnya.
“Setelah rumah berhasil dipindahkan ke tempat baru, kegiatan dilanjutkan dengan acara syukuran, dengan tujuannya agar rumah yang baru saja dipindahkan terhindar dari bencana dan malapetaka kemudian diakhiri dengan acara makan bersama sebagai bentuk ikatan silaturahmi kekerabatan yang erat antara warga,” kata Torkis Lubis.
Puluhan warga tadi yang terlibat dalam mengangkat rumah terlihat sudah menyantap makanan yang disediakan tuan rumah, ternyata kaum ibu juga terlah mempersiapkan dan memasak nasi dan gulai seadanya untuk acara syukuran dan makan bersama. Gelak tawa dan cengkrama sesekali terdengar dari warga tadi menceritakan bagaimana proses Mamiang Bagas tersebut.
“Makan bersama adalah ungkapan terimakasih dari pemilik rumah kepada semua warga tanpa kecuali yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk memindahkan rumahnya. Mamiang Bagas adalah tradisi kita yang merupakan warisan leluhur yang terus terjaga hingga saat ini dan melalui tradisi ini juga semoga kekompakan dan kebersamaan warga akan terus terjalin selamanya”, pungkas Torkis Lubis.(Syahren)