Mencintai Pertanian Melalui Mudik Ramadhan
Oleh : Alghif Aruni Nur Rukman, S.P.
Bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk melakukan evaluasi diri sekaligus juga perbaikan diri menjadi lebih baik. Segala aktifitas kebaikan di bulan Ramadhan pahalanya dilipat gandakan, itulah sebabnya kaum muslim dituntut untuk lebih produktif di bulan ini tidak hanya aspek ibadah tetapi juga aspek sosial kemasyarakatan.
Artikel yang ditulis oleh Pimkanok Piamjariyakul tentang “the impact of Ramadhan on Indonesia” menyatakan bahwa terdapat tiga perubahan di bulan Ramadhan yaitu pertama, penurunan jam kerja digunakan untuk menambah jam bersosialisasi dengan keluarga, teman dan kerabat. Hal itu yang menyebabkan kebahagaiaan meningkat. Kedua, dalam hal belanja, lebih banyak uang digunakan membeli makanan dan hadiah. Ketiga, bertambahnya jumlah uang yang beredar mendorong naiknya harga-harga karena permintaan meningkat.
Tradisi mudik di Bulan Ramadhan telah membantu bank sentral dalam mengelola peredaran uang. Setiap dipenghujung Ramadhan masyarakat sibuk untuk pergi ke bank untuk menukarkan uang lusuhnya menjadi uang baru. Momentum ini hanya terjadi di bulan Ramadhan, sehingga tanpa disadari bahwa masyarakat telah membantu mensosialisasikan mata uang baru sampai ke pelosok desa.
Bulan Ramadhan jelas bukan hanya merupakan bulan biasa yang dipenuhi oleh ibadah ritual saja tetapi juga bulan yang dapat menggerakan perekonomian negara ditengah situasi perang dagang dan kurs rupiah yang tidak stabil.
Mencintai Pertanian
Sejatinya mudik merupakan pergerakan dari masyarakat kota ke pedesaan. Di pedesaan lah tempat dimana para petani memikul cangkul pergi ke lahan-lahan sawah, tempat dimana nasi diproduksi yang tentu dimakan oleh masyarakat di perkotaan. Sehingga tradisi mudik ini tidak hanya membantu perekonomian bangsa tetapi juga dapat membantu untuk menumbuhkan kesadaran diri bahwa Indonesia adalah negeri yang masih dipenuhi dengan lahan pertanian.
Perlu disampaikan bahwa potensi konversi lahan pertanian terus dibutuhkan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan konsumsi. Alih fungsi lahan pertanian terutama digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pariwisata dan perumahan. Fenomena ini perlu diperhatikan agar masa depan kita sebagai negara agraris tidak hilang begitu saja, sehingga anak cucu kita masih bisa melihat lahan hijau yang tesebar dimana-mana. Tradisi mudik perlu menjadi cara untuk memperkenalkan masyarakat perkotaan terhadap bagaimana kondisi lahan pertanian di desa-desa.
Suasana mudik tidak hanya dipenuhi oleh kebahagiaan untuk dapat bertemu dengan keluarga, teman dan kerabat, tetapi juga perlu menumbuhkan kepedulian terhadap para petani di pedesaan dimana menurut Laporan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Stastisik tahun 2016 menyebutkan terdapat 37,8 juta orang bekerja pada sektor pertanian dimana sebagian besar profesi tersebut menyumbang kemiskinan nasional, khususnya yang berprofesi sebagai buruh tani. Sehingga kondisi tersebut dapat menggerakan pemudik untuk semakin peduli terhadap kondisi petani di desa-desa.
Memperkenalkan masyarakat perkotaan terhadap lahan-lahan pertanian dan kondisi petani di pedesaan juga menjadi cara dalam meningkatkan minat anak muda menjadi petani. Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2017 cukup mengkhawatirkan, bahwa sebagian besar petani sudah berusia 45 tahun dan hanya 3% anak petani yang ingin melanjutkan kiprah orang tuanya. Kondisi ini perlu diperbaiki agar regenerasi menjadi petani terus tumbuh dan meningkat, karena keberlangsungan pangan suatu bangsa terlihat dari bagaimana kepeduliannya terhadap profesi seorang petani.
Tradisi mudik merupakan gerakan massal yang hanya terjadi 1 kali dalam setahun. Momentum ini jangan hanya dijadikan sebagai budaya yang biasa saja tetapi juga perlu dijadikan sebagai cara dalam menyebarkan pesan terhadap masyarakat. Mencintai pertanian melalui mudik ramadhan merupakan proses dari penyebaran gerakan positif untuk menyampaikan kepedulian kita terhadap masa depan pangan Indonesia. **
Ditulis : Alghif Aruni Nur Rukman, S.P ** Mahasiswa Magister Sains Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.