PILKADA serentak tahun 2024 akan memasuki pekan keempat, tepatnya sudah berjalan 20 hari. Para calon dan tim pemenangan mengisi masa kampanye dengan kegiatan-kegiatan yang tujuannya mengambil hati rakyat, simpati para pemilih dengan harapan tanggal 27 November menentukan pilihannya kepada salah satu pasangan calon yang ada di kertas suara di bilik pemilihan berdasarkan keyakinan mereka tanpa intervensi dari pihak manapun.
Kampanye politik merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta pemilihan atau partai politik untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Tujuan utamanya adalah memengaruhi opini publik dan meyakinkan pemilih untuk memilih kandidat, dalam hal ini calon gubernur dan wakil gubernur, calon bupati dan wakil bupati, calon wali kota dan wakil wali kota
Ada beberapa elemen umum dalam kampanye politik, seperti: komunikasi langsung untuk menyampaikan visi-misi, program, dan kebijakan yang mereka usulkan. Kemudian, pengunaan media seperti: media sosial, surat kabar, televisi, radio, yang digunakan untuk menjangkau sebanyak mungkin pemilih. Lalu kampanye door to door, istilah sekarang adalah blusukan, mendatangi langsung pemilih ke rumah-rumah mereka. Lalu debat kandidat dan diskusi publik juga bagian dari kampanye politik, untuk mebahas isu-isu utama untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan, wawasan yang tujuannya juga memengaruhi pemilih dengan argumen mereka. Elemen lain seperti kampanye rapat umum di lapangan terbuka.
Kampanye politik saat ini sedang berjalan hingga tanggal 23 November bulan depan, atau tersisa 39 hari lagi. Pembahasan soal calon juga sudah terjadi di mana-mana. Misalnya pada Pilkada Madina, warung kopi jadi panggung politik membahas pasangan calon bupati dan wakil bupati. Kandidat calon bupati maupun calon wakil bupati tak jarang terlihat mendatangi lopo kopi, berdiskusi dengan warga, menyerap aspirasi mereka. Kandidat datang warga merasa riang gembira, setidaknya bisa bertatap muka langsung dengan kandidat. Begitu pula lah tempat-tempat lain yang dikunjungi kandidat calon bupati dan wakil bupati. Ada keceriaan yang dirasakan warga.
Bukan hanya di sarana lopo kopi, sering juga terjadi di pusat keramaian sebagai tujuan kampanye politik yang cukup menjanjikan, seperti pasar, pengajian majelis taklim, dan tempat lainnya.
Namun, fenomena yang sering terjadi adalah perdebatan sesama pendukung, perdebatan sesama tim dan relawan. Tak jarang terlihat bersitegang, bersikeras, bahkan berujung pada keretakan hubungan. Yang sebelumnya berteman dan setiap hari sama, lalu tidak sejalan lagi, biasanya satu meja di lopo kopi yang sama, karena beda pandangan politik mereka pisah jalan. Bahkan saling umpat, saling benci, dan sebagainya. Fenomena ini sering terjadi padahal sudah jauh dari pemahaman kampanye politik yang sesungguhnya: yaitu upaya yang dilakukan peserta pemilihan maupun tim pemenangan dan partai politik untuk memengaruhi masyarakat memilih mereka, dengan menyampaikan ide, gagasan, visi-misi, program kepada masyarakat.
“Kekacauan bisa saja terjadi akibat pelaksanaan kampanye politik yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Tentu di sini peserta pemilihan berperan penting untuk menekankan kepada tim pemenangan, relawan, sayap under-bow partai, agar mengisi semua kegiatan kampanye dengan pesan-pesan kebaikan. Tidak menyusupkan doktrinasi yang sifatnya kebencian, tidak menunjukkan prilaku dan sikap berlebihan seperti Hyper Reality dan Psy War. Ini berbahaya dan mengancam politik riang gembira penuh kedamaian yang telah disepakati bersama”
Psy war atau psychological warfare, adalah strategi dalam konflik yang bertujuan untuk mempengaruhi, mengganggu, atau melemahkan moral, keyakinan, dan perilaku musuh atau target melalui metode non-kekerasan, seperti propaganda, desinformasi, dan manipulasi psikologis. Tujuan dari psy war adalah untuk menciptakan kebingungan, ketakutan, dan keraguan di benak lawan sehingga mereka menjadi kurang efektif dalam membuat keputusan atau bertindak. Metode psy war dapat melibatkan penggunaan media, media sosial, selebaran, penyebaran rumor, penyiaran radio, atau kampanye digital di masa modern. Strategi ini sering digunakan untuk menurunkan dan memperlemah dukungan publik, atau mempengaruhi opini masyarakat agar berpihak pada pihak yang melakukan operasi.
“Psy war termasuk propaganda ini merugikan iklim demokrasi kita. Propaganda bisa membuat masyarakat ragu-ragu pada pilihan mereka, karena propaganda sering digunakan untuk memanipulasi opini publik dengan cara menyembunyikan kebenaran. Yang rugi nanti masyarakat kita dan masa depan pembangunan Mandailing Natal lima tahun ke depan. Psy war perlu kita hindari bersama, silakan berdebat dengan argumen yang jelas, tapi hindari perang urat sarap”
Di sisi lain, yang perlu dihindari dalam pilkada ini adalah hyper-reality. Konsep ini diperkenalkan oleh filusufi asal Prancis, Jean Baudrillard. Menurut Jean, hyper-reality menggambarkan kondisi di mana batas antara realitas dan simulasi menjadi kabur. Dalam teori ini, representasi atau tiruan sesuatu bisa lebih nyata atau lebih penting dari pada kenyataan sebenarnya.
“Contohnya adalah pencitraan di media sosial atau media massa, di mana citra atau pesona yang dibangun bisa dianggap lebih nyata daripada keadaan yang sebenarnya. Sederhananya adalah realita yang terlalu dilebih-lebihkan, yang pada akhirnya orang tidak lagi bisa membedakan antara yang nyata dengan tidak nyata.
“Banyak sekali dampak buruk dari Hyper-reality ini kepada masyarakat, seperti: distorsi informasi dan manipulasi publik, polarisasi sosial yang berlebihan, ketidakpercayaan pada institusi dan fakta, meningkatnya prilaku ekstrim. Yang pada akhirnya berpotensi memperlemah fondasi demokrasi, membingungkan pemilih, dan merusak proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta. Ini juga mengancam iklim demokrasi khususnya di daerah kita”
Oleh karena itu, perlu dukungan semua pihak terkhusus para peserta pemilihan: calon bupati dan wakil bupati, partai politik, tim pemenangan, dan relawan agar mengisi masa kampanye dengan baik, dan sama-sama menghindari psy war dan hyper-reality agar Pilkada bisa berjalan damai dan masyarakat memberikan pilihan berdasarkan keyakinan mereka pada 27 November nanti.(**)
MUHAMMAD RIDWAN**
Mahasiswa pascasarjana program komunikasi dan penyiaran Islam UIN Padangsidimpuan / Ketua PWI Kab. Mandailing Natal