Madinapos.com – Tapanuli Selatan.
Conservation Internasional (CI) Indonesia mengapresiasi kawasan hutan di Kecamatan Marancar yang tutupan lahannya masih sangat baik, walaupun kawasan hutannya berstatus Areal Penggunaan Lain (APL).
Demikian dikatakan Isner Manalu Senior Coordinator dari CI Indonesia saat melakukan kunjungannya di Air Terjun Silima-lima Desa Simaninggir Kecamatan Marancar Selasa (4/8).
Bupati Tapanuli Selatan H Syahrul M Pasaribu SH menjelaskan bahwa di Kecamatan Marancar sendiri masih sangat kental dengan local wisthem (kearifan lokal) masyarakatnya yang dimulai sejak tahun 1904 lalu yang dikenal dengan istilah Hatabosi (Haonatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap) yang diinisiasi oleh marga Pasaribu yang pindah dari Sioma-oma Kabupaten Tapanuli Utara ke Kecamatan Marancar.
Dipilihnya lokasi air terjun Silima-lima sebagai tempat lokasi pertemuan tersebut disamping untuk lebih memperkenalkan eksotisme daya tarik wisata air terjun tersebut, Bupati juga ingin memperlihatkan bagaimana kawasan hutan di Marancar utamanya lokasi air terjun tersebut masih sangat terjaga dengan baik walaupun status hutannya APL, “papar Syahrul.
Syahrul menjelaskan saat ini di Tapsel 64% arealnya terdiri dari kawasan hutan dimana dari 64% tersebut, 70% tutupan hutannya masih bagus. Untuk itu Syahrul meminta kepada seluruh warga Tapsel utamanya warga Marancar agar terus mempertahankan kearifan lokal yang dimiliki seperti Hatabosi di Kecamatan Marancar yang sangat erat kainnya dengan menjaga ekosistem pelestarian hutan.
Syahrul mengungkapkan, Hatabosi merupakan sistem pengairan yang mulanya hanya ada di desa Haonatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap yang pada awalnya dulu fungsinya hanya untuk mengalirkan air ke sawah, tetapi sekarang ini sudah diadopsi seluruh warga Kecamatan Marancar bukan hanya untuk mengalirkan air ke sawah tetapi juga sudah digunakan untuk mengalirkan air ke sekolah, mesjid, gereja dan fasilitas umum lainnya.
Untuk itu Syahrul menjelaskan bagaimana kearifan lokal Hatabosi bisa terus bertahan adalah dengan tetap mempertahankan jumlah debit air, agar debit air bisa terus dipertahankan maka warga marancar sangat sadar sekali untuk menjaga hutannya agar tetap lestari dan terus dipertahankan walaupun status hutannya APL,”imbuhnya.
Untuk itu Syahrul meminta agar Sumber daya alam di hutan kawasan Marancar dikelola dengan baik agar keseimbangan antara manusia,alam, flora dan fauna tetap terjaga dengan baik, sebab bumi, air dan kekayaan alam lainnya bukan warisan dari nenek moyang tetapi itu semua merupakan titipan dari anak cucu kita yang kita semua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk melestarikannya dengan baik.
Terakhir Syahrul berpesan dengan terjaganya kearifan lokal masyarakat Marancar dengan baik dalam menjaga hutannya maka suatu saat saya ingin kita semua duduk disini melihat bagaimana Orangutan (Ponggotapanuliensis) yang saat ini sedang hangat jadi perbincangan dunia internasional bisa bergelantungan disekitar kawasan air terjun Silima-lima ini, “pungkasnya.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut penggiat Lingkungan hidup dari CII Bu Hetty, Popo, Para kru dari Daii Tv, Asisten Ekonomi Pembangunan Ir. Saulian Sabbih, Kadis Pariwisata Ali Akbar Hutasuhut, Kabag Humas & Protokol Isnut Siregar.(Mahrizal)