Menu

Mode Gelap

Opini

KARNAVAL (Dalam PRO-KONTRA)


					KARNAVAL (Dalam PRO-KONTRA) Perbesar

Berbeda dengan tahun sebelumnya, HUT Kemerdekaan oleh Pemkab Madina, enggan melaksanakan karnaval. Tentu ini akan menjadi pro-kontra bagi masyarakat, karena kegiatan ini merupakan salah satu bagian yang menarik dan mengundang tawa kebahagiaan bagi masyarakat.

Sepertinya karnaval telah identik menjadi rangkaian dalam perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia. Mari kita cermati dengan baik apa yang kira-kira Carnaval itu, yang biasa berada di Rangkaian Peringatan 17 Agustus HUT Republik Indonesia.

Sungguh Carnaval bukan hanya ada di nusantara, belahan dunia lain juga pada hari-hari besarnya sering dirayakan dengan acara Carnaval. Biasanya dilakukan dengan cara pawai untuk pesta perayaan yang biasanya mengetengahkan bermacam corak hal yang menarik dari yang dirayakan. Sehingga lumrah terlihat Carnaval dilakukan di seluruh belahan dunia tiap tahunnya, terutama ketika memperingati peristiwa besar atau merayakan berita gembira.

Dengan demikian, kata Carnaval yang lebih lazim didengar atau lebih familiar dengan sebutan Karnaval, bila diingat, setidaknya yang tergambar dibenak kita adalah keunikan, keramaian, menyenangkan dan berbagai hal yang berhubungan dengan hal membahagiakan.
Setiap karnaval memang diharapkan mampu membawa kebahagiaan, karena kebahagiaan akan menjadi awal dari hal-hal baik yang ada di dalam kehidupan kita kedepannya.

Orang juga akan menggunakan moment dan arena karnaval sebagai spot menarik untuk berfoto bersama karena banyak spot-spot foto dan suasana yang memiliki nilai Instagramable. Suasana ini juga akan mengisi berbagai media sosial, yang membawa kesan mendalam bagi banyak orang dan ditunggu komunitas daerah di group-group WA di perantauan. Bukan sedikit pula yang digunakan sebagai sumber bagi Youtubers dan juga para pegiat TikTok.

Namun, tahun ini panitia enggan mengakomodirnya sebagai rangkaian kegiatan pada 17-an. Hal ini bukan hanya lisan, akan tetapi langsung disurati panita kabupaten sampai ke penjuru daerah.

Perlu saya kuatkan bahwa saya menggunakan kata “enggan” yang boleh dimaknai sebagai tidak sudi, tidak suka juga tidak mau. Meskipun kegiatan karnaval sangat diminati banyak orang dari berbagai macam kalangan, ternyata Pemkab enggan.

Tentu, juga dipahami persiapan untuk hal ini telah dilakukan oleh orangtua dan para pendidik bahkan juga mungkin para pemuda-pemudi desa, tetapi tetap saja panitia bersiskukuh disikapnya untuk tidak sudi, tidak suka atau tidak mau.

Bagi yang kontra terhadap keputusan ini tentu berharap alasan yang membuat enggannya kegiatan diakomodir oleh Pemda dalam hal ini Panitia Besar Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia harus jelas. Dan itu pulalah yang menjadi motivasi yang kuat bagi penulis dan merupakan bagian dari tujuan tulisan ini. Hal ini nantinya akan semakin penting bagi kita, ketika menyadari dengan kepahaman yang baik bahwa karnaval memiliki nilai-nilai pendidikan di dalamnya.

Untuk itu, mari kita awali diskusi ini dengan meluaskan pemahaman dan lebih mendalami tentang karnaval. Dengan pemahaman yang baik terhadap karnaval yang selama ini dilakukan, diharapkan nantinya secara umum kita dapat menerima bahwa perlu kajian yang cermat bagi masyarakat di Serambi Madinah-nya Sumatera Utara, tentang berbagai perilaku pada kegiatan Karnaval selama ini.

Harapannya adalah, kiranya tahun-tahun yang akan datang semoga karnaval dapat disajikan kembali untuk sama-sama kita nikmati pada acara HUT Kemerdekaan maupun HUT Madina, dengan pola dan cara yang benar-benar mendidik semua pihak dan bermanfaat secara positif.

Mari kita cermati terlebih dahulu pemahaman Karnaval itu sendiri, yakni pesta besar yang diikuti oleh sekelompok orang dalam wilayah tertentu. Isinya berupa pawai yang menampilkan keragaman budaya berupa tarian, pakaian adat, musik dan karya seni hasil kerja bakti warga yang menjadi pesertanya.

Ada rute yang harus dilewati peserta yang biasanya di jalan raya atau tempat umum. Masyarakat bisa bebas menonton karnaval di sepanjang rute yang telah ditentukan.

Mengutip bukunya Gilad James, PhD
(2005), karnaval adalah saat pesta pora, dengan musik keras, menari, dan berpesta, dengan selalu ada musik pengiring yang dimainkan oleh peserta. Lebih lanjut disebutkannya bahwa penampilan peserta karnaval biasanya memamerkan busana adat daerah tertentu, patung buatan berbentuk tugu, benda maupun hewan yang menjadi lambang sebuah kota dan sebagainya.

Sehingga karnaval memiliki manfaat yang baik dalam kehidupan bermasyarakat berupa: 1) Menumbuhkan kesadaran mengenai identitas diri bangsa dengan pemakaian pakaian adat, slogan bahasa daerah, kostum cerita rakyat, dan sebagainya yang membuat masyarakat menyadari bahwa banyak hal yang dimiliki oleh bangsa ini;

2) Meningkatkan Rasa Nasionalisme dengan mengenang perjuangan pahlawan, yang dapat mendukung generasi muda menghargai dan mencintai budaya nusantara; 3) Membentuk Persatuan melalui kegiatan dan kerja sama yang dilakukan warga dalam perencanaan karnaval, kegiatan ini membantu persatuan dan kerukunan masyarakat. Secara langsung masyarakat akan saling berinteraksi satu sama lain untuk membantu membuat karnaval berhasil;

4) Menampilkan Keberagaman Budaya yang ada di tanah air, hingga masyarakat akan mengenali bahwa ada baju adat Mandailing, ada kebaya asal Betawi, hingga Reog asal Ponorogo dan lainnya;

5) Sarana Edukasi untuk generasi muda tentang pengenalan adat, jati diri, pengetahuan dan wawasan disampaikan dalam karnaval. Anak-anak bisa cosplay tokoh pahlawan atau memperagakan suatu budaya dan kesenian tertentu;

6) Sarana Melatih Kreatifitas yang biasanya tidak hanya sekadar mempertunjukkan tokoh, kesenian dan budaya tertentu. Namun, proses persiapan yang dilakukan juga sangat panjang. Biasanya ada beberapa orang yang menggunakan kreativitasnya untuk membuat baju atau atribut. Biasanya dapat dibuat dari kertas bekas, plastik bekas, dan bahan-bahan yang mudah didapat. Hal tersebut kemudian diolah sedemikian rupa agar dapat menarik bagi penonton.

Sangat jelas bahwa selain manfaat di atas, akibat kebutuhan untuk kegiatan dan juga efek ekonomi yang sering disebut dengan Multipliyer Effeck secara ekonomi akan muncul dengan sendirinya bagi rakyat kecil terutama diperdagangan dan jasa model.

Maka, sebenarnya karnaval adalah kegiatan yang membawa banyak manfaat untuk masyarakat dan di balik persiapannya membutuhkan waktu agak panjang. Makanya belakangan ini di nusantara Karnaval Seni Fashion menjadi fenomena yang muncul dibeberapa kota di Indonesia seperti Kota Jember dengan Jember Fashion Carnaval, Solo dengan Solo Batik Carnaval, Banyuwangi dengan Banyuwangi Ethno Carnaval dan Jakarta dengan Jakarta Fashion Food Festival.

Sangat jelas bahwa Karnaval dalam bentuk-bentuknya yang butuh kreatifitas lebih kepada merayakan kegembiraan dengan kreasi seni yang unik dan spektakuler untuk tujuan menarik wisatawan, menunjukkan identitas dan memajukan daerah.

Dengan belajar dari sejarah kita akan menangkap makna yang dalam, efek sakralitas yang terjadi ketika jalanan digunakan sebagai ruang atraksi seni tradisi, ternyata membawa kemajuan-kemajuan yang signifikan ketika semangat yang sama diberlakukan pada karnaval di masa sekarang.

Karnaval mampu mempromosikan kekayaan seni tradisinya, seperti Kota Jember telah mengkontruksikan karnaval tahunan spektakuler bersama oleh rakyat sejak 11 tahun lalu, bersama dengan pemerintah membangun kota kecilnya menjadi sebuah pranata sosial berskala intenasional.

Suatu prestasi kebudayaan visual yang sangat mengagumkan dan menjadi teladan dalam mengubah kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya Kota Jember dalam meraih impiannya yaitu menjadikan Jember sebagai Kota Wisata Mode melalui fesyen karnavalnya.

Beranjak dari penjalasan di atas, sekarang …, silakan dikontruksikan dengan beberapa prilaku dalam kegiatan Karnapal beberapa tahun sebelumnya yang kita lihat berlangsung di negeri yang diharapkan mampu bersyukur dan terus berbenah ini. Silakan dibandingkan dengan kenyataan lapangan kita saat Karnaval HUT RI maupun HUT Madina sebelumnya.

Agaknya ribuan pasang mata menjadi saksi betapa tidak nyamannya hal yang ditampilkan sangat menyilaukan mata para ulama santri, ulama, tokoh adat dan cendikian kita. Kita jauh bergeser pada perilaku yang jauh dari makna, tujuan dan manfaat karnaval itu sendiri.

Anak-anak yang labilitasnya tinggi disuguhkan tontonan di muka umum untuk melihat hal yang sesat dalam agama dan tabu menurut adat. Lebih lanjut maksud kalimat ini silakan diingat dan direnung sehingga kita paham dan meyakini bahwa tindakan panitia dalam keengganannya adalah sesuatu yang berniat mendidik orang-orang yang telah menggunakan karnaval dengan tidak memahami makna dan akibatnya.

Perlu dipahamkan, bahwa pemerintah telah berkali-kali membuat aturan tertulis dengan thema yang jelas dan cara yang benar dalam karnaval. Sayangnya, banyak pihak yang terus melanggarnya, sehingga kontra produk dengan tujuan karnaval itu sendiri yang terakhir, sampai pada tawuran di arena karnaval.

Mari kita maknai absennya kegiatan karnaval tahun ini adalah bagian dari keperdulian pemerintah terhadap masyarakat Madina dalam beragama dan beradat. Mari kita jadikan peringatan untuk semua lini sehingga harapan kita di HUT Madina yang akan datang dapat dinikmati kembali.

(M. Daud Batubara Sahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Hukum).

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 259 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

ADAB (Menyimak Penyelenggara Negara di Akhir 2023 )

17 November 2023 - 09:45

Cermin Politik di Pilkades

2 September 2023 - 09:22

Bagaimana Jika Dalihan Natolu Diimplementasikan Pada Wacana Peradaban Baru Koperasi Indonesia Di Mandailing Natal

29 Juli 2023 - 08:47

Mengawal Pemilu 2024 Dengan Partisipasi Masyarakat

28 Mei 2023 - 17:21

Strategi Pembangunan Sosial Partisipatif Mewujudkan Madina Bersyukur dan Berbenah

27 Februari 2023 - 15:34

Ibu di Mandailing (Pandangan Sosio-Antropologis terhadap Umak)

23 Desember 2022 - 18:12

Trending di Opini