Madinapos.com – Panyabungan.
Pionir Pendidikan Pribumi pertama di Indonesia yang berasal dari Pidoli Lombang, Mandailing Natal Prov Sumatera Utara yaitu Sati Nasution atau yang lebih dikenal dengan nama Willem Iskandar yang lahir pada tahun 1840 M, sudah selayaknya mendapatkan anugerah pahlawan Nasional dari Pemerintah Republik Indonesia di bidang Pendidikan. “Kita mendesak Presiden RI untuk mempertimbangkan dan menetapkan nama Willem Iskander sebagai Pahlawan Nasional”.
Hal tersebut dikatakan Ketua MPC Pemuda Pancasila Kab. Madina Syahriwan Kocu Nasution didampingi Sekretaris Al Hasan Nasution, S.Pd bersama pengurus lainnya Ahmad Tahir Nasution, Roni PS Nasution, Hotma Siregar, S.Sos, Mahyuddin Nasution, Panri Pauzi Nasution Senin (25/11)
“Kita juga meminta kepada para Kepala Daerah di Wilayah Tabagsel (Tapsel, Madina, Padangsidimpuan, Palas, Paluta) dan juga Pemprov Sumut untuk mengambil langkah konkrit agar nama besar Willem Iskander sebagai pendiri Kweck School (Sekolah Guru) pertama di Indonesia dianugerahi dengan gelar pahlawan nasional dan nama Willem Iskander diabadikan secara massif menjadi nama Jalan Protokol, Nama Gedung, Bandara, atau Pelabuhan”, tegas Kocu.
Ketua MPC PP Madina ini juga memaparkan fakta sejarah bahwa jauh sebelum nama Ki Hajar Dewantara pada tahun 1906 mendirikan Taman Siswa yang sekarang tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Perlu diketahui di Mandailing pada tahun 1862 telah berdiri Kweck School (Sekolah Guru) di Tano Bato Mandailing, dan kemudian pindah ke Padangsidimpuan.
“Hal itu merupakan sekolah guru pertama di Indonesia dengan bangunan swakelola dan kurikulum modern yang mencetak para calon pendidik yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka sudah sangat layak dan tepat nama Willem Iskandar atau Sati Nasution mendapatkan anugerah sebagai pahlwan Nasional dari Negara”, ujar Syahriwan Kocu kepada wartawan.
Tano Bato pada waktu itu, menurut Kocu adalah merupakan Gudang Kopi Pemerintah Hindia Belanda. Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan (Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola, khusus di Mandailing
Ditambahkan Kocu, bahkan orientasi, kemerdekaan, cakrawala, penalaran, Idealisme, dan Semangat pembaharuan di Mandailing yang dicetuskan Willem Iskander terekam dalam sajak puisinya dalam buku fenomenal yang diakui dunia keilmuan berjudul Sibulus Bulus Sirumbuk Rumbuk yang merupakan buku yang paling intelektual dan Top pada zamannya.
“Kenapa nama Willem Iskander ini seakan tenggelam padahal kiprah dan kontribusinya sangat nyata di republik ini. Kita minta Pemerintah Pusat jangan terkesan diskriminatif dan memandang sebelah mata dengan rekam jejak history para tokoh yang harus diperjuangkan sebagai pahlawan nasional, di luar pulau Jawa”, ujar Kocu.
Bahkan MPC PP Kab. Madina juga mengusulkan selain gelar Pahlawan Nasional, nama Willem Iskander juga ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Bahkan menurut Kocu, kepiawaian Willem Iskander dalam mencetak para calon guru tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat di Sumut sampai sekarang. Karna semuanya adalah rata rata para murid Willem Iskander.
Bahkan Willem Iskander pernah membuat sejumlah persyaratan yang harus dilaksankan oleh setiap guru sekolah bumiputera. Tiga syarat penting, Pertama, Sekolah guru harus menjadi pusat ilmu dan pengetahuan. Kedua, guru sekolah harus mampu menulis buku pelajaran. Ketiga, Bahasa daerah harus dikembangkan sesuai kaidah-kaidah bahasa.
Masih kata Kocu, bahkan Willem Iskander pernah mengusulkan kepada Belanda agar memberikan beasiswa kepada para bumi putera untuk mengecap pendidikan di Belanda. Dan ide ini dikabulkan untuk mencerdaskan masyarakat pribumi.
Menurut Kocu, tidak ada yang meragukan kiprah perjuangan Willem Iskander, Sati Nasution adalah nama kecilnya namun setelah dia menikah diberi gelar “harajaon” Sutan Iskandar Nasution, bahkan nama Willem yang ada didepan namanya juga adalah gelar kebangsawanan yang dianugerahkan oleh kerajaan Belanda.
” Bahkan rumah peninggalan Willem Iskander, anak dari Mangaraja Tinating Nasution yang merupakan Generasi ke 11 dari Sibaroar Nasution masih ada dan ditempati oleh pewarisnya di bagas Godang Pidoli Lombang, kita juga engusulkan agar makam Willem Iskander yang di Amsterdam kalau memang bisa sebaiknya dipindahkan ke Mandailing”, pungkasnya. (Rilis/M. Lubis)