Menu

Mode Gelap

Opini

Revolusi Industri 4.0 dalam Pasar Tenaga Kerja


					Revolusi Industri 4.0 dalam Pasar Tenaga Kerja Perbesar

Globalisasi menjadi isu yang tidak henti-hentinya digaungkan sejak abad 18. Penemuan mesin uap menjadi saat pertama kali globalisasi muncul dengan nama revolusi industri 1.0. Hingga kini telah muncul revolusi industri 4.0 yang membawa kebaruan yaitu mulai adanya rekayasa intelegensia dan internet sebagai penghubung antara manusia dan mesin. Kedua hal ini membawa banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia.

Internet of Thing atau IoT menjadi tokoh utama dalam revolusi industri 4.0. IoT didefinisikan sebagai  konsep tiap objek di dunia terdata melalui sensor dan saling terhubung satu dengan yang lain sehingga membentuk jaringan. Berbeda dengan internet, IoT merupakan evolusi dari internet yang bekerja tidak hanya pada dunia maya, namun juga pada dunia nyata. Efek dari munculnya IoT tidak hanya terasa di bidang teknologi namun juga di berbagai bidang lain termasuk ekonomi khususnya pada permintaan tenaga kerja.

Revolusi industri 4.0 memberikan dampak positif dan negatif di bidang ekonomi. Teknologi yang meningkat pesat mempengaruhi ongkos produksi per satuan produk sebagian besar perusahaan menjadi lebih murah, meskipun dengan modal yang cukup besar. Teknologi sensor mengurangi pengeluaran perusahaan dalam hal keamanan, selain itu kinipun telah ada printer 3D yang sangat mungkin diaplikasikan pada pembuatan mobil dan rumah sehingga tidak diperlukan lagi banyak pekerja dalam industri tersebut. Hal inilah yang menjadi dampak negatif dari revolusi industri 4.0, permintaan industri terhadap pekerja padat karya berkurag secara signifikan karena kerjanya dapat digantikan oleh mesin.

Kemampuan manusia berupa akal pikiran saat ini juga bersaing dengan produk lain dari revolusi industri 4.0 berupa rekayasa intelegensia/AI (artificial inteligence) yang membuat mesin memiliki fungsi berfikir ataupun bertingkah laku seperti layaknya manusia normal. Sehingga sebuah mesin saat ini bisa menggantikan peran manusia seperti pelayanan, pencatatan, bahkan mengemudi. Dapat dibayangkan, kedepannya sangat dimungkinkan penurunan permintaan di pasar tenaga kerja khususnya pada pekerjaan yang tidak membutuhkansisi kreatif darimanusia. Jika tidak dihadapi dengan baik,kemungkinan revolusi industri 4.0 akan mebawa dampak berupa pengangguran besar-besaran.

Berkembangnya revolusi industri sebenarnya mengubah kriteria permintaan tenaga kerja yang ada. Pada era revolusi industri 4.0 lebih dicari tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas serta kreatif selain itu  kuantitas dan persebaran tenaga kerja juga sangatdiperhatikan agar revolusi industri4.0 dapat berjalan dengan baik. Tenaga kerja terampil seperti sopir, manager administrasi, tukang cetak, pengantar surat dan pekerjaan lain akan tergantikan di era digitalisasi dan masa dimana semua serba otomatis seperti sekarang. Pekerjaan yang dibutuhkan di era ini,menuntut kreativitas, ide, dan kemampuan untuk menarik perhatian orang lain karena hal ini lah yang hingga saat ini belum bisa digantikan oleh AI. Tentunya, berkembangnya revolusi industri 4.0 juga membutuhkan tenaga kerja yang mampu menguasai produk-produk hasil revolusi indutri 4.0 seperti IoT dan AI, sehingga kemampuan dalam penguasaan komputer dan bahasa pemprograman (IT) sangat dibutuhkan.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,  menyajikan road map ‘Making Indonesia 4.0¬’ yang akan menuntun masyarakat Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0. Dalam kaitannya memajukan kemampuan sumber daya manusia, road map ini mengajukan peningkatan kualitas SDM dengan merombak kurikulum pendidikan yaitu dengan lebih menekankan pada ilmu Science, Technology, Enginering, the Arts, dan Mathematics (STEAM), untuk menyelaraskan kurikulum pendidikan nasional dengan kebutuhan tenaga kerja industri di masa mendatang.

Munculnya era revolusi industri 4.0 tidak seharusnya menjadi momok yang mengancam. Momen ini sebaiknya dihadapi sebagai ajang mengasah  kemampuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan di era ini. Bonus demokrasi dimana mayoritas penduduk di Indonesia berusia produktif, akan menjadi bumerang jika tidak ada kesiapan. Sebaliknya, kesiapan daripara pemuda dalam menghadapi revolusi industri akan membuka peluang yang sangat lebar bagi Indonesia untuk maju, tidak hanya di bidang ekonomi, namun juga bidang lain.(**)

Penulis : Nadia Fikrunnisa** Mahasiswa Magister Sains Agribisnis Institut Pertanian Bogor  (MSA)
Photo : Penulis

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 167 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

Menilik Potensi Ego Sektoral Dalam Trias Politika di Era Kepemimpinan Prabowo

17 Desember 2024 - 21:15

Tokoh Adat Ajak Warga Batahan Pilih SAHATA demi Keberlanjutan Pembangunan

5 November 2024 - 17:35

Tokoh-tokoh Nasional Asal Madina Bersiap ‘Turun Gunung’ Menangkan SAHATA

5 November 2024 - 08:44

Abang Betor Panyabungan Titipkan Asa di Pundak Paslon SAHATA

4 November 2024 - 17:28

Ribuan Warga Hadiri Hiburan Rakyat TKD Bobby-Surya Madina

3 November 2024 - 19:53

Teriakan Bobby-Surya di Sumut, SAHATA Untuk Madina Bergema di Pesta Rakyat

3 November 2024 - 17:54

Trending di Berita Daerah