Menu

Mode Gelap

Opini

Prospek Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional


					Prospek Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional Perbesar

Kopi diperkirakan menjadi salah satu minuman paling populer di dunia dengan konsumsi sebesar 6,7 juta ton per tahun dan hampir sebagian warga di negara dunia mengkonsumsi kopi setiap harinya. Tidak hanya digemari oleh pria tetapi wanita juga sangat menyukai minuman yang satu ini.

Kopi sebagai minuman merupakan hasil dari rantai nilai yang dimulai dengan buah ceri diproduksi oleh pohon. Pohon kopi membutuhkan iklim hangat tanpa perubahan suhu mendadak, tidak mentolerir embun beku, dan memerlukan curah hujan musiman yang banyak.

Di dunia kopi dikenal memiliki dua spesies yang dibudidayakan secara komersil, yaitu jenis kopi arabica dan kopi canephora (lebih dikenal sebagai robusta). Pada awal tahun 2000-an, kopi arabica menyumbang 64% dari produksi kopi global. Dua spesies lainnya yang diperdagangkan sampai Perang Dunia kedua adalah kopi liberica dan kopi excelsa. Namun, sekarang hampir sepenuhnya menghilang dari perdagangan.

Sebagai tren globalisasi, kopi telah bertransformasi lebih dari sekedar bagaimana pria dan wanita belakangan mengekspresikan kegembiraan mereka terhadap masyarakat satu sama lain atau kegelisahan mereka tentang politik lokal dan nasional. Ketika diskusi mengenai kopi, popularitas kopi telah mengubah keterkaitan yang secara historis diantara konsumen, produsen dan pemasok. Dalam hal ini, kopi adalah lensa untuk merefleksikan hubungan yang ada antara mereka yang menikmati minuman dan mereka yang memproduksi kopi.

Pengkonsumsi kopi di Indonesia mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anak muda Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan minum kopi. Budaya minum kopi ini juga terbawa-bawa ke negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan tempat lainnya yang banyak dari mereka adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri.

Pemimpin Global Makanan dan Minuman di Euromonitor International, Michael Schaefer mengatakan bahwa mereka melihat ekspansi kopi yang sangat kuat di banyak pasar tetapi Indonesia adalah pasar di mana permintaannya tumbuh sangat besar dan pesat. Sementara itu, negara-negara produsen utama seperti Brasil, Vietnam, dan Indonesia secara historis mengekspor kopi terbaik mereka, meningkatnya minat terhadap biji premium dari kedai kopi lokal.

Di Indonesia, jumlah ekspor kopi memiliki potensi yang menjanjikan bagi perkembangan ekonomi, jenis produk kopi yang diekspor berupa biji kopi baik green coffee (kopi mentah) dan biji kopi yang telah dipanggang serta berbentuk kopi olahan (serbuk kopi) namun kebanyakan jumlah ekspor kopi di Indonesia didominasi oleh biji kopi dibandingkan dengan jumlah kopi olahan yang diekspor ke pasar luar negeri.

Sementara ICO (International Coffee Organization) mencatat bahwa pengiriman dari Indonesia naik 37,3% menjadi 475.318 juta kantong pada Maret 2019 dibandingkan Maret 2018, pengirimannya untuk April 2018 hingga Maret 2019 turun 33,7% menjadi 5,15 juta kantong. Ini adalah volume pengiriman terendah sejak April 2011 hingga Maret 2012. Namun, pasokan terbatas pada awal tahun panen 2018/19 karena penurunan 6,4% dalam produksi pada tahun tanaman 2017/18 menjadi 10,8 juta kantong sementara ekspor naik sebesar 12,6% menjadi 7,76 juta kantong. Pasokan yang terbatas, ditambah dengan meningkatnya permintaan domestik, saat ini diperkirakan 2,1% lebih tinggi dari tahun lalu sebesar 4,8 juta kantong, telah berkontribusi pada penurunan ekspor dalam 12 bulan terakhir.

Pada tahun 2018 nilai ekspor yang diterima Indonesia dari negara Amerika Serikat  adalah sebesar 410.073,00 (USD thousand) yang merupakan negara tujuan ekspor tertinggi di dunia. Kemudian Jerman sebesar 78.333 (USD thousand), Perancis 14.654 (USD thousand), Italia 59.806 (USD thousand), dan Belanda 39.774 (USD thousand), database diperoleh dari ICO.

Kopi arabika memiliki kualitas yang lebih baik, bercita rasa tinggi, harga yang lebih mahal dibandingkan dengan kopi robusta. Kopi robusta memiliki rasa yang lebih pahit, dan robusta kerap diproses menjadi kopi instan atau sebagai komponen lainnya dengan biaya yang lebih rendah sebagai campuran panggang.

Kopi arabika yang dihasilkan oleh daerah Sumatera memiliki karakteristik yang unik karena proses pengeringan biji kopi di sana. Dapat dilihat dari beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh kopi yang diproduksi oleh Indonesia. Tahun lalu, Indonesia menerima penghargaan pada ajang Agency for the Valorization of the Agricultural Products (AVPA) DI Perancis.

Memiliki rasa kopi yang khas dan unik, petani di negara-negara lain telah mencoba meniru kopi Sumatera, namun para importir mengatakan kopi yang dihasilkan tidak sebaik kopi dari Sumatera dan hanya dapat memproduksi dalam skala kecil.

Babington Smith salah seorang pedagang senior importir InterContinental Coffee Trading Inc. California, menjelaskan bahwa harga kopi arabika Sumatera yang belum diproses atau dikeringkan sebagian yang dibeli di pertanian mengalami peningkatan sebesar US $ 5,90/kg pada bulan April. Sementara biji arabika yang sudah ada di gudang AS mengambil premi US $ 2,20/Ib atau lebih di atas harga patokan global, hampir dua kali lipat dari harga tahun lalu.

Kendati memiliki jumlah permintaan yang tinggi, kopi Indonesia masih memiliki kelemahan dari negara eksportir yang lain. Salah satu nya adalah kualitas kopi Indonesia masih jauh dibandingkan dari negara Brazil dan Vietnam. Artinya meskipun Indonesia merupakan salah satu  negara eksportir terbesar tetapi Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif. Penyebab dari rendahnya kualitas ekspor kopi di Indonesia karena 90% kopi yang diekspor ke luar yaitu berupa green coffee.

Selain itu sebagian besar petani kopi Indonesia merupakan petani kecil dengan skill (keahlian) terbatas yang membuat kebanyakan kopi Indonesia memanen kopi saat masih hijau. Selain itu, kopi tidak mencapai kadar air yang dianjurkan (12,5%) sehingga banyak kopi yang berjamur dan pecah akibat penggunaan alat pengupas yang tidak bagus. Kualitas bahan baku yang kurang baik mengurangi tingkat kepercayaan konsumen dalam mengkonsumsi produk olahan kopi.

Masalah lain yang dialami para pelaku industri hilir yakni kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, adanya hambatan dalam peraturan khususnya ketenagakerjaan, perpajakan, dan perdagangan, kurangnya motivasi dari pengusaha, kekurangan modal, teknologi pengolahan dan pengemasan yang belum dikuasai sepenuhnya, dan kualitas SDM untuk pemasaran produk hilir yang belum memadai.

Terkait permasalahan di atas, berikut ini merupakan upaya-upaya yang mungkin dapat dilaksanakan agar meminimalisir terhambatnya usaha atau perdagangan kopi Indonesia antara lain yaitu; pemerintah diharapkan dapat menerapkan Kebijakan teknologi pasca panen yang berbasis pada teknologi padat karya untuk menyerap sumber daya manusia (SDM) yang lebih besar dalam industri pengolahan kopi, dilakukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan usahatani (lembaga Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia/AEKI) dan lembaga Gabungan Eksportir Kopi Indonesia/GEKI, berorientasi pada perdagangan bebas melalui IoE (Internet of Everything), menerapkan ISCOffe  (Indonesian Sustainable Coffee) yaitu berupa tindakan untuk melakukan sertifikasi terhadap produk-produk ekspor Indonesia agar mampu memenuhi standar yang diterapkan dalam aturan Internasional, pemerintah juga dapat mendorong jumlah ekspor produk olahan kopi Indonesia dengan melakukan diversifikasi produk serta berinovasi agar olahan menjadi produk kopi olahan berdaya saing di pasar dunia, dan pemerintah mendukung kegiatan promosi produk kopi di dunia melalui keikutsertaan pameran-pameran kopi yang diadakan di seluruh dunia dengan tujuan memperkenal produk kopi Indonesia pada dunia dan bertaraf internasional. (**)

Penulis : Mayhilda Nitami** Magister Sains Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penerima Beasiswa Pemerintah Indonesia LPDP
Photo : Penulis

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 239 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

ADAB (Menyimak Penyelenggara Negara di Akhir 2023 )

17 November 2023 - 09:45

Cermin Politik di Pilkades

2 September 2023 - 09:22

Bagaimana Jika Dalihan Natolu Diimplementasikan Pada Wacana Peradaban Baru Koperasi Indonesia Di Mandailing Natal

29 Juli 2023 - 08:47

Mengawal Pemilu 2024 Dengan Partisipasi Masyarakat

28 Mei 2023 - 17:21

Strategi Pembangunan Sosial Partisipatif Mewujudkan Madina Bersyukur dan Berbenah

27 Februari 2023 - 15:34

Ibu di Mandailing (Pandangan Sosio-Antropologis terhadap Umak)

23 Desember 2022 - 18:12

Trending di Opini