Menu

Mode Gelap

Opini

Fluktuasi Harga Karet di Indonesia Terhadap Pendapatan Petani Karet


					Fluktuasi Harga Karet di Indonesia Terhadap Pendapatan Petani Karet Perbesar

Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan‐peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila terjadi jatuh dari suatu tempat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan tersebut secara langsung kebutuhan karet juga meningkat dengan sendirinya sesuai kebutuhan manusia. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia.

Saat ini ada 6 negara produsen utama karet alam dunia yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia, India, Vietnam dan China. Indonesia masih menjadi penghasil karet alam kedua terbesar setelah Thailand. Total luasareal perkebunan karet di Indonesia hampir mencapai 3,5 juta Ha dengan produksi sebesar 3,3 juta ton. Luas antersebut didominasi oleh perkebunan karet rakyat yang pada tahun 2012 telah meliputi areal seluas 3 juta hektar atau sekitar 81% dari total areal karet nasional, dengan produksi sekitar 80% dari total produksi karet alam nasional (Badan Pusat Statistik [BPS], 2013).

Hampir seluruh petani karet di Indonesia adalah petani tradisional yang membangun kebun secara swadaya atau tanpa bantuan pemerintah.Sejak tahun 2001 sampai tahun 2011 (kecuali pada saat krisis global tahun 2008/2009), harga karet alam meningkat sangat signifikan. Meningkatnya harga karet tersebut merupakan salah satu pemicu pesatnya penanaman karet yang dilakukan petani,hal ini terlihat dari pesatnya peningkatan produksi karet alam di Sumatera utara yang merupakan provinsi penghasil karet alam terbesar di Indonesia.

Harga karet dunia mulai menunjukkan kejatuhan pada tahun 2011. Saat itu, harga masih di kisaran USD 4,7 per kg sebelum akhirnya terus turun. Memasuki Januari tahun 2016, harga hanya di kisaran USD 1,3 per kg. Ini artinya, harga sudah turun hingga 72,2 persen selama sekitar lima tahun terakhir. ‎ Penurunan harga karet ini merupakan faktor kombinasi antara melimpahnya suplay dan melemahnya permintaan. Pasar global mengalami kelebihan suplay karena terjadi kematangan pohon secara bersamaan. Negara-negara baru pengekspor karet bermunculan. Sebut saja Laos, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja. Ikut bermainnya negara-negara ini, tentu saja, semakin membuat hancur harga karet dunia karena pasokan menjadi berlimpah.

Di saat yang sama, Cina sebagai importir karet terbesar dunia mengalami perlambatan ekonomi. Penurunan harga akhirnya sulit dikendalikan. Penurunan harga karet ini tentu saja membuat negara-negara produsen utama kelimpungan, termasuk Indonesia, Thailand dan Malaysia. Ketiga negara yang menguasai 79 persen pangsa pasar karet dunia ini, sebenarnya telah membentuk International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan Internasional Rubber Consortium (IRCo) untuk secara bersama-sama mengontrol pasokan kebutuhan karet dunia demi menjaga agar harga tetap normal, akibat dari rendahnya harga karet berdampak terhadap petani seperti:

1. Dampak Rendahnya Harga Karet Terhadap Pendapatan Petani karet.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2014 saat harga karet rendah menjadi USD 1,6 per kg, terjadi penurunan pendapatan petani yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pendapatan petani di tahun 2011. Pada tahun 2011, saat harga karet mencapai sekitar USD 4,5 per kg, pendapatan petani pada tahun sadap pertama mencapai IDR 1,94 juta per bulan bila disadap sendiri. Apabila jumlah ini dibandingkan dengan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) Sumut pada tahun 2011 yang sebesar IDR 1,26 juta per bulan, maka pendapatan petani masih diatas UMR Sumut.

2. Dampak Rendahnya Harga Karet Terhadap Daya Beli Petani.

Pada saat harga karet tinggi, terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga petani.Peningkatan pendapatan petani menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi untuk barang dan jasa (Hendratno, Nancy, Syarifa, & Agustina, 2006).Petani mampu untuk mengalokasikan pendapatannya untuk membeli barang-barang kebutuhan sekunder antara lain kendaraan bermotor, barang-barang elektronik, barang-barang furnitur dan barang sekunder lainnya. Namun kondisi yang sebaliknya terjadi pada saat harga karet rendah.Turunnya pendapatan petani penggarap, terutama bagi buruh sadap, berakibat pada turunnya daya beli petani terhadap barang-barang primer maupun sekunder. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi perekonomian secara umum di Sumatera Utara, di karenakan komoditi karet alam melibatkan lebih dari 40% penduduknya. Akibat dari daya beli yang merosot, perputaran roda perekonomian di daerah menjadi melemah. Pasar tradisional dan modern baik di daerah maupun di kota terlihat relatif lebih sepi.

3. Dampak Rendahnya Harga Karet Terhadap Kemampuan Petani Untuk Berinvestasi.

Peningkatan pendapatan petani karena kenaikan harga karet telah menyebabkan terjadinya peningkatan investasi yang dilakukan petani untuk membangun kebun karet dengan menggunakan klon unggul (Hendratno et al.,2006). Pada saat harga karet tinggi, banyak petani yang memperluas kebun karetnya dengan menggunakan bibit unggul. Sebaliknya pada saat harga karet menurun, kemampuan petani untuk membangun kebun karet juga menurun.Turunnya kemampuan petani dalam membangun kebun karet dapat dilihat dari menurunnya penjualan bibit karet unggul di tingkat penangkar bibit.

4. Dampak Rendahnya Harga Karet Terhadap Perubahan Sumber Penghasilan Keluarga Petani

Pada saat harga karet tinggi semua kebutuhan hidup rumah tangga petani dapat dipenuhi dari usaha tani karet. Oleh karena itu, keluarga petani lebih banyak mengalokasikan tenaga kerja keluarga produktif untuk usahatani karet (Hendratno et al., 2006). Pada saat harga karet rendah, penghasilan dari usaha tani karet tidak mampu mencukupi kebutuhan rumahtangga petani. Meskipun demikian, hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian petani masih tetap menyadap karet dalam kondisi harga dan produksi karet yang turun saatini. Namun untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, sebagian dari anggota keluarga petani ataupun buruh sadap terpaksa mencari penghasilan tambahan dengan bekerja sampingan di luar usaha tani karet seperti: menjadi buruh perkebunan sawit, perkebunan tebu maupun bekerja di proyek infrastruktur seperti pengaspalan jalan, penggalian pipa, dan lain sebagainya.

Rendahnya harga karet saat ini telah memberikan dampak yang pendapatan petani per bulan, turunnya kemampuan investasi petani untuk membagun kebun karet unggul, turunnya daya beli petani terhadapbarang-barang primer dan sekunder, serta pengalihan sumber penghasilan petani kepada sumber penghasilan selain usahatani karet. Bahkan telah terjadi pengalihan fungsi lahan dari peruntukan usahatani karet ke tanaman lain yang lebih prospektif. Petani karet hanya bisa bertindak sebagai penerima harga dan tidak mampu untuk mempengaruhi perubahan harga karet.

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya agar bisa bertahan dalam kondisi harga karet yang rendah saat ini melalui peningkatan produktivitas kebun, yaitu menanam bibit unggul yang berproduktivitas tinggi dan melakukan penyadapan sesuai anjuran, disamping mengusahakan tanaman sela sebagai tambahan pendapatan; serta upaya peningkatan harga karet yang diterima di tingkat petani melalui peningkatan mutu yang dihasilkan dan efisiensi pemasaran. Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga karet adalah dengan pembuatan inovasi yang dapat mendorong peningkatan konsumsi karet alam di dalam negeri, misalnya pembangunan infrastruktur dengan menggunakan karet alam.(**)

Penulis : Wilda Sari Aritonang**
Mahasiswa Magister Sains Agribisnis  Pasca Sarjana IPB.
Fhoto.   : Pangguris Hapea / Insert Penulis

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 156 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

ADAB (Menyimak Penyelenggara Negara di Akhir 2023 )

17 November 2023 - 09:45

Cermin Politik di Pilkades

2 September 2023 - 09:22

Bagaimana Jika Dalihan Natolu Diimplementasikan Pada Wacana Peradaban Baru Koperasi Indonesia Di Mandailing Natal

29 Juli 2023 - 08:47

Mengawal Pemilu 2024 Dengan Partisipasi Masyarakat

28 Mei 2023 - 17:21

Strategi Pembangunan Sosial Partisipatif Mewujudkan Madina Bersyukur dan Berbenah

27 Februari 2023 - 15:34

Ibu di Mandailing (Pandangan Sosio-Antropologis terhadap Umak)

23 Desember 2022 - 18:12

Trending di Opini