Madinapos. com – Panyabungan.
Pir Batu, Piran Dope Nasuada (dalam bahasa Mandailing, keras batu lebih keras yang tak ada) itulah istilah kata yang disampaikan pekerja pemecah batu kepada media ini saat berkesempatan meliput mereka bekerja di sepanjang Sungai Aek Pohon Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal, Senin (17/9/2018) sore.
Muklis salah seorang pemecah batu menuturkan dirinya terpaksa beralih pekerjaan karena harga karet getah saat ini sangat rendah dan tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya,” sudah setahun menderes getah saya hentikan, saya harus cari alternatif menyambung hidup dengan menambang pasir sungai dan memecah batu”, ungkapnya di Panyabungan Timur Senin (17/9/2018).
Dijelaskan Muklis, saat ini bayak pihak yang memesankan pasir dan batu pecah karena bergulirnya dana desa,”Saat ini banyak pekerjaan konstruksi di desa yang butuh bahan pasir dan batu pecah sehingga masih laku untuk dijual”, papar ayah 12 anak ini.
Lubis, warga lainnya menyampaikan sudah lima bulan lebih beralih profesi jadi pemecah batu,” habis gimana lagi..? menderes karetpun jaman sekarang ini tidak akan mencukupi kebutuhan hidup, setiap minggu saya bisa dapat 60 kg karet dikalikan harga Rp. 5.500 per kg dan masih dibagi dua dengan pemilik kebun”, ungkapnya.
Senada disampaikan Rosma Dingin yang menuturkan dirinya mulai datang dan bekerja sejak pagi hari dan mulai memecahkan batu,” dari jam 8.00 wib pagi tadi hingga sore aku memecah batu hanya dapat tujuh kaleng seharian, habis batunya sangat keras, hanya segitu kita mampu apa hendak dikata (napirma batu piran dope nasuada ;mandailing) kerasnya batu lebih keras gak punya apa apa “, ucap ibu muda ini.
Nurhayani Lubis seorang pengepul batu pecah yang ditemui dilokasi menyampaikan batu pecah akan dibelinya dari para pemecah batu di sepanjang sungai inj, ” disini ada sembilan keluarga yang bekerja sebagai pemecah batu dan kita beli seharga Rp.4000 per kaleng”, ucapnya.
“Saya sebenarnya cukup prihatin dengan kondisi mereka, para ibu terpaksa bekerja sambil menggendong anak bayinya, jika anak tertidur ditaruh dalam ayunan kain dipondok sebelahnya dan terus bekerja hingga sore, yah begitulah adanya pak”, ungkapnya. (Syahren)