Madinapos. com – Panyabungan.
Upah kecil Armansyah sebagai buruh sadap kebun karet kampung Rp.210.000 / perminggu, kakak tertua dari 13 bersaudara yang ditinggal ayah karena dipenjara dan ibunya yang sudah tiada diperkirakan tidak akan mampu menutupi beban kebutuhan keluarga besarnya. Adik-adiknya yang masih kecil sepulang sekolah melupakan bermain karena membantu mengupas pinang dan bahkan pernah adik kecil makan nasi bercampur garam saja.
Demikian dituturkan Armansyah usia 18 tahun, kepada Madina Pos saat menyambangi kediaman keluarga ini Kamis (13/9/2018) Desa Hutaimbaru Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Berat beban yang ditanggung keluarga ini sehingga beberapa wartawan di Madina juga tergerak memberikan bantuan seadanya.
“Bagi kami, makan sehari hari tidak ada lauk pauk terkadang campur garam itu sudah biasa pak atau terkadang hanya mencampurkan nasi dengan kerupuk sambal saja”, tuturnya menambahi.
Sementara itu Ummi Roiyah si kakak perempuan tertua usia 17 tahun menuturkan bahwa kebutuhan makan adiknya yang sedang masa pertumbuhan cukup besar, “setiap pagi dirinya sudah menanak nasi dan memberi sarapan untuk semua adiknya sebelum berangkat sekolah, setiap kali masak sampai dua kilo beras dan itu bisa dua kali atau tiga kali sehari”, ungkapnya.
Ummi juga menuturkan, untuk ongkos adik adik sekolah seluruhnya minimal harus ada Rp.45.000 setiap pagi, ” Sobwatul Mardiah (17) Kelas II SMA setiap pagi harus mengantongi Rp. 20.000/hari dengan naik angkot Rp.5.000 sekali jalan dan terkadang pulang pukul 5 sore sampai di rumah, Marwah (15) Kelas II SMP dan Alfarizi (13) kelas l SMP Gunung Baringin juga mendapat Rp.5.000/hari, Musyadi (11) Kelas 5 SD, Habibulloh (10), Kelas 4 SD, Wahyu (8) kelas 2 SD dan Alip (6) TPA masing masih biasa saya kasih Rp.2.000/hari.Sementara Sapli (3) tahun, Ramlan (1,5) masih kecil, hanya kami butuh susu untuk sikembar Rahmad Yusup dan Maulana Yusup yang masih berusia (2) bulan”, tuturnya.
Ummi juga menuturkan terkadang jadi sedih jika mendengar suara adik minta makan dan lauk pauknya,”kakak get mangan aha gule (kakak mau makan apa gulainya) seperti itu ditirukannya ,” bagaimanalah pak, kami semuanya bergantung pada abang yang hanya bekerja serabutan menderas getah, tidak cukup pak”, ungkapnya.
“Untuk menambah penghasilan, kami harus bekerja sama dan bahkan melibatkan adik yang masih kecil untuk mendapat upahan mengupas pinang sepulang sekolah dan melupakan bermain”, tutur Ummi mengakhiri ceritanya pada wartawan media ini dengan mata berkaca-kaca.(Syahren)