Indonesia Adalah Destinasi Investasi Baru, Ayo Lirik !
Oleh: Atika Azmi Utammi Nasution, B.AppFin, MFin.
Pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia merupakan pertemuan berkelanjutan yang umumnya membahas stabilitas moneter, sistem keuangan dan ekonomi global, penurunan angka kemiskinan serta isu global terkini seperti ekonomi digital dan mata uang digital. Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 agendanya akan diselenggarakan di Bali dan sekitarnya pada tanggal 8-14 Oktober. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah mengindikasikan bahwa Indonesia mampu memfasilitasi pertemuan lembaga keuangan terbesar dunia yang akan dihadiri oleh sekitar 15.000 delegasi dari berbagai latar belakang, seperti Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 189 negara anggota IMF dan Bank Dunia. Selain itu, para investor, pelaku bisnis, komunitas perbankan, akademisi dan media juga akan bergabung dalam event keuangan terbesar dunia tersebut. Melalui pertemuan ini, Indonesia berkesempatan ‘berjualan’ secara maksimal karena akan diliput media internasional dan momen ini sangat strategis untuk kampanye pariwisata dan investasi. Apabila pertemuan ini sukses, maka ini juga akan menjadikan Indonesia sebagai destinasi global untuk acara pertemuan lembaga internasional lainnya.
Sebagai tuan rumah, Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 ini harus dioptimalkan oleh Pemerintah dan pelaku bisnis untuk meningkatkan investasi. Oleh sebab itu, Indonesia berkesempatan memperlihatkan potensi apa saja yang dimiliki, sejauh mana perkembangan reformasi pajak, memaparkan proyek infrastruktur serta mengelaborasikan rencana pembangunan Sumber Daya Manusia agar semakin kompetitif untuk mendorong percepatan perekonomian nasional.
Sebagai negara dengan perekonomian terkuat di Asia Tenggara dan didukung dengan populasi yang mewakili 40% dari total populasi Asia Tenggara, potensi Indonesia sangat besar untuk menghasilkan produk inovatif nan terjangkau seperti unicorn start-up, Gojek dan Traveloka. Saat ini, banyak perusahaan start-up yang berpotensi namun terkendala modal usaha. Apabila perusahaan start-up yang didanai investor berhasil, maka investor hanya akan berurusan dengan regulasi satu negara saja, dengan potensi feedback yang didapat sampai dengan 40% pangsa pasar. Ini merupakan potensi luar biasa yang perlu dipresentasikan kepada para investor dan venture capitalists untuk meningkatkan arus investasi di Indonesia.
Selain potensi, reformasi regulasi dan reformasi pajak juga krusial terhadap investasi. Penyederhanaan persyaratan investasi dapat meningkatkan antusias investor untuk melirik Indonesia sebagai destinasi investasi baru. Salah satu penyederhanaan persyaratan ini adalah Online Single Submission (OSS) atau sistem perizinan online terpadu. OSS ini sebetulnya telah diresmikan oleh Bapak Dr. Darmin Nasution, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bulan Juli lalu, namun belum begitu terekspos. Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 ini merupakan momen yang sangat tepat untuk mempresentasikan OSS sehingga dunia tahu bahwa izin investasi di Indonesia kini semakin mudah, transparan dan tidak berlarut-larut.
Bukan hanya persyaratan investasi, pemberian insentif pajak juga merupakan pertimbangan mendasar bagi para investor sebelum membuat keputusan. Insentif yang ditawarkan di Indonesia berupa tax allowance atau pengurangan pajak dalam bidang usaha tertentu. Saat ini, kebijakan tax allowance sedang direvisi, namun ada baiknya pada pertemuan ini, pemerintah memberi sinyal bahwa akan ada perluasan insentif pajak diberikan kepada investor.
Indonesia juga berkesempatan memaparkan keberhasilan reformasi pajak melalui amnesti pajak yang menembus Rp.3.855 triliun, dimana keberhasilan ini berkontribusi banyak dalam peningkatan “investment grade” atau tingkat kelayakan investasi. Membaiknya investment grade ke level BBB- (outlook stabil dan layak investasi ) merupakan salah satu poin penunjang mengapa harus berinvestasi di Indonesia.
Hal-hal di atas diharapkan mampu menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Pemerintah dan pelaku usaha memiliki peran yang sangat fundamental terhadap perkembangan perekonomian nasional. Melalui pengembangan start-up, salah satu efek positifnya adalah terserapnya tenaga kerja secara masif. Sebagai contoh, penyerapan tenaga kerja Gojek menembus angka 1 juta, pengaruhnya terhadap industri penyedia makanan juga sangat signifikan sehingga bukan hanya start-upnya yang berkembang, tetapi industri lain juga, yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Tidak hanya berorientasi pada industri start-up, investasi lain yang harus difokuskan adalah investasi di perusahaan-perusahaan lokal untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produksi biasanya dibarengi dengan peningkatan aktivitas di industri lain seperti industri pemasok bahan mentah dan industri logistik. Dengan demikian, angka pengangguran dapat ditekan dan produksi domestik akan meningkat sehingga mampu menurunkan jumlah impor. Penurunan impor dan pertumbuhan produksi domestik akan bermuara pada stabilitas perdagangan dan ekonomi. Stabilitas ekonomi sangat rentan pada masa sekarang ini akibat berbagai gejolak global seperti ‘trade war’ dan peningkatan suku bunga oleh The Federal Reserve US, sehingga kesempatan seperti ini harus benar-benar dioptimalkan.
Hal lain yang sangat penting dalam menunjang investasi adalah pembangunan infrastruktur. Tahun 2018 saja, 18,5% APBN dialokasikan untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional, seperti pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, dll. Salah satu contohnya adalah pengembangan infrastruktur di Tanjung Priok untuk mengakomodir bongkar muat yang lebih besar sehingga tidak perlu ke Singapura lagi, dimana efisiensi biaya dapat dimaksimalkan. Contoh infrastruktur yang langsung dapat dilihat delegasi Pertemuan Tahunan ini adalah underpass Bandara Ngurah Rai Denpasar, yang disegerakan selesai sebelum event keuangan terbesar ini berlangsung.
Selain infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM) juga sangat vital. Pembangunan SDM ditujukan untuk memasok tenaga kerja yang berpendidikan, terlatih dan berpengalaman. Infrastruktur yang memadai dan SDM yang berkualitas, akan menunjang efektivitas perindustrian nasional melalui peningkatan produktivitas, penekanan biaya produksi serta penghematan waktu dan biaya logistik, sehingga profit dan dividen dapat dimaksimalkan. Efisiensi yang tinggi menjadi karisma tersendiri untuk menarik investasi.
Oleh sebab itu, ketika dunia datang ke Indonesia melalui Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 ini, Pemerintah perlu mengekspos bahwa investasi di Indonesia telah direformasi, dan pelaku usaha perlu menawarkan produk dan jasa layak investasi.
Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 ini menggunakan ‘share cost’ APBN dan dana dari Bank Indonesia sekitar Rp. 810 miliar sehingga menimbulkan berbagai isu di berbagai kalangan. Contoh isu yang berkembang yaitu pembiayaan yang terlalu membebani keuangan negara. Klarifikasi dari Kementerian Keuangan yang menyatakan bahwa efek positif dari pertemuan ini akan berimbas pada perekonomian nasional daripada langsung ke masyarakat sepertinya tidak cukup efektif untuk meredam isu ini. Oleh karena itu, untuk meredam isu yang sedang berkembang serta mengoptimalkan manfaat dari pertemuan ini, kepentingan politis harus dikesampingkan dahulu. Publikasi yang menjangkau masyarakat luas mengenai efek positif jangak pendek dan jangka panjang dari pertemuan ini terhadap ekonomi nasional juga sangat perlu dikampanyekan sehingga persepsi negatif publik yang terlanjur bergulir dapat diminimalisir.**
Penulis : Atika Azmi Utammi Nasution, B.AppFin, MFin. S2 Di University of New South Wales, Australia.