Madinapos.com-Kotanopan
Aren atau enau (arenga pinnata merr) merupakan salah satu tanaman palma serbaguna dengan kata lain seluruh bagian tananaman ini dapat dimanfaatkan. Daun aren muda dimanfaatkan untuk bahan pembungkus, buahnya dapat dikonsumsi, nira yang dihasilkan dapat dibuat gula aren atau warga menyebutnya gula merah, batangnya dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan perkakas rumah tangga, selain batang, daun dan ijuk nya pun dapat dimanfaatkan untuk atap, sapu dan lainnya.
Desa Huta Puli Kecamatan Kotanopan adalah salah satu Desa penghasil Gula Aren atau Gula Merah dengan kualitas terbaik di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dimana tanaman ini masih banyak tumbuh dan berkembang diantara perladangan sebagai tanaman pembatas atau tanaman di lembah dan masyarakatnya ahli dalam mengolah gula aren atau gula merah dan keahlian itu mereka peroleh secara turun temurun.
Misalnya, Darwin (39) salah satu pengrajin gula aren atau gula merah yang tinggal di desa Huta Puli, telah menggantungkan hidupnya dari penghasilan pengolahan gula aren atau gula merah ini ” desa kami ada 42 kk dan 95% adalah pengrajin gula aren” ungkapnya kepada wartawan Madina Pos yang menyambanginya di Desa Huta Puli Saptu (3/3/2018) Sore.
“Setiap hari Sabtu kami akan berangkat ke pasar Kotanopan untuk menjual gula merah, dari hasil jual beli itulah kami memperoleh sejumlah uang untuk dibelanjakan kembali memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Darwin.
Darwin menambahkan, bagi warga Desa Huta Puli, pengrajin gula merah telah menjadi pekerjaan turun temurun yang masih dipertahankan hingga kini, bahkan untuk menjaga kelangsungan proses ini, diberlakukan larangan menebang pohon aren yang tumbuh di kampung, alhasil jumlah pohon aren terus menerus bertambah dan warga yang mengelola pohon aren ini 90% adalah milik sendiri.
Menurut Darwin, penyadapan aren ini bukan pekerjaan yang mudah, karna ini pekerjaan penuh resiko. “Jika salah dalam memanjat pohon aren bisa-bisa jatuh dari ketinggian, seperti yang pernah saya alami mengakibatkan patah tulang,” ungkapnya.
Perjuangan warga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai pengrajin gula aren atau gula merah, dimana mereka harus memanjat di ketinggian satu pohon aren yang sedang di sadap paling rendah ketinggian 7 meter hingga 15 meter dari atas tanah. Belum lagi batangnya dibalut ijuk yang tajam dan terkadang dililit tanaman akar berduri sehingga sudah biasa para pengrajin ini terluka kena akar atau ijuk yang tajam tertusuk di bagian tubuh, kata Darwin
Menurut Kepala Desa Huta Puli, Sahruddin Lubis, pohon aren dulunya sebagai tanaman pembatas tanah serta penopang tanah agar tidak longsor. Namun, sekarang masyarakat mulai mengenal aren sebagai pohon yang bernilai ekonomis tinggi. Semua bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia seperti batang dapat dijadikan sagu ataupun barang furniture, tandan bunga dapat diambil niranya untuk dijadikan gula merah, daun dapat dijadikan pembungkus rokok dan buah dapat dijadikan kolang-kaling saat bulan ramadhan tiba.
“Berkembangnya industri makanan dan minuman yang berbahan baku gula aren membuat permintaan akan gula aren cukup tinggi dipasaran apalagi disaat mendekati bulan ramadhan. Permintaan akan melonjak lebih dari biasanya, faktor ini menjadi salah satu alasan masyarakat menjadikan usaha gula aren sebagai usaha andalan keluarga,” ujar Kades Huta Puli saat dihubungi wartawan melalui seluler, minggu 8/3/2018.
Dari data dan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, besarnya potensi gula aren yang ada di desa Huta Puli Kecamatan Kotanopan Mandailing Natal bisa menjadikan daerah ini menjadi Sentra Produksi Gula Aren atau Gula Merah sekaligus komoditi unggulan khususnya di wilayah Kecamatan Kotanopan.
Untuk mengembangkan usaha gula aren tentu diperlukan sebuah kelembagaan yang dapat mempersatukan misi dan visi pengrajin gula aren atau gula merah dalam membangun sebuah sentral usaha gula aren. Dimana nantinya, Lembaga ini dapat menampung segala aspirasi dan keluhan dari masyarakat baik dari pengolahan, standarisasi proses dan produk serta pemasaran. Semoga. (Syahren)